Ya, ditunjang kian murahnya biaya produksi, produsen smartphone mulai membanjiri segmen kelas bawah dengan produk berkualitas. Tak hanya vendor antah berantah, tapi merek kenamaan seperti Motorola atau Asus.
Sebut saja Motorola Moto E atau Asus Zenfone 4. Keduanya dibanderol di bawah Rp 2 juta, tapi sudah menawarkan spesifikasi menggoda dan layar lebar resolusi lumayan.
Samsung selaku penguasa Android sepertinya tidak mau ketinggalan dengan mengembangkan smartphone berbasis sistem operasi Tizen. Smartphone Tizen kabarnya ditujukan untuk negara berkembang dan banderolnya terjangkau.
Apa alasan pasar smartphone murah kian bergairah? Seperti dikutip detikINET dari TechRadar, Senin (19/5/2014), rupanya pasar ponsel cerdas high end mulai stagnan. Menurut penelitian biro riset IDC, pengapalan smartphone malah cenderung menurun di beberapa negara, seperti di Jepang. Jadi pasar smartphone tidak lagi seseksi dulu.
Mewaspadai tren ini, produsen smartphone memutar otak untuk mempertahankan penjualan. Dan cara terbaik sepertinya adalah menawarkan smartphone murah untuk meraih sebanyak mungkin konsumen. Sebagai nilai jualnya, performanya tak mengecewakan.
Tren smartphone murah juga dipicu turunnya harga rata-rata smartphone yang di tahun 2012 senilai USD 450, diproyeksi anjlok sampai USD 260 di 2018. Artinya, margin keuntungan vendor smartphone terkikis.Next
(fyk/fyk)