"Kalau produk kita terus ada dan kita usahakan untuk ramah anak. Tapi tetap kembali lagi bagaimana user menggunakannya, karena penyalahgunaan oleh user juga banyak," ujar Agung Yudhawiranata, Public Policy and Government Relations Google Indonesia.
Ditemui usai seminar di gedung Graha Pena Surabaya, Sabtu (17/5/2014), ia mengatakan, keselamatan anak dan murid di internet memerlukan kerjasama dari berbagai pihak, agar anak-anak berinternet lebih aman dan nyaman.
"Kita juga punya Google Safety Center yang bisa diakses secara online, berisikan modul tentang bagaimana berinternet buat anak-anak dan keluarga serta sekolah.
"Tapi kita membutuhkan kerjasama dengan berbagai pihak termasuk orang tua dan guru. Karena mereka membantu kita untuk memastikan bisa (produk) berjalan," ujarnya
Ia menambahkan, Google juga konsen terhadap situs-situs yang dinilai membahayakan seperti pornografi, melanggar hak kekayaan intelektual, rasisme maupun kekerasan.
"Sistem (produk ramah anak) kita sediakan tapi kalau nggak dipakai ya percuma. Jadi kita bangun sistem supaya bagaimana berinternet lebih aman. Kita juga menyediakan mekanisme pelaporan. Kalau tidak sesuai (kontennya) laporkan, pasti kita tindaklanjuti. Kalau memang benar, pasti kita bisa mengambil tindakan," tuturnya.
Agung mencontohkan seperti download game di Android. Katanya, saat akan men-download, terdapat tulisan bahwa game tersebut hanya digunakan untuk batasan umur sekian.
""Kita punya game sudah ditulisi usia 6-12 tahun. Tapi umur 5 tahun download kan nggak cocok. Jadi ada peran orang tua, guru. Kalau nggak didampingi orang tua, kita mau bagaimana lagi. Artinya perlu ada kerjasama. Jadi kita sediakan, kita bantu sebisa mungkin. Paling nggak lebih aman, meskipun nggak sempurna," tandasnya.
(roi/rou)
