Kebijakan Tangan Besi Internet China

Jakarta - China adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Tingginya populasi ini membuat pemerintahannya menerapkan kebijakan tangan besi. Tak terkecuali, untuk industri internet di negeri itu.

Banyak perusahaan dan aplikasi -- khususnya barat -- yang harus terbentur dengan aturan 'Tembok Besar China'. Ada beberapa alasan mengapa pemerintah China melakukannya, salah satunya mendorong ekosistem lokal agar bisa mengontrol warganya.


Maka sejak tahun 2009, sejak internet mulai booming di kalangan netizen di China, ramai-ramai pula situs populer di dunia harus ditendang jauh-jauh. Sedikit banyak orang tahu, pemerintah China juga takut perusahaan barat 'mengintip' aktivitas warganya.


Di tahun itu, tersebutlah nama seperti YouTube, Google, Twitter dan Facebook menjadi bagian dari gerbong pertama yang aksesnya terpaksa diblokir. Sebagai gantinya, munculah nama Weibo, Alibaba, Baidu dan lain sebagainya.


Para petinggi perusaahan itu paham, China adalah pasar besar yang sangat sulit ditembus. Sekalinya berhasil, dari satu negara itu saja keuntungan bisa didapatkan dari berbagai negara.


Dibungkam, begitu media barat menyebut alasan mengapa banyak perusahaan internet itu pada akhirnya tak bisa diakses. Selain Twitter, ada Blogspot -- yang juga properti milik Google 'dibredel', karena alasan dapat dengan mudah membicarakan Pemerintah China.


Memang, pada akhirnya ada yang mulai mengalah dan mencoba menyesuaikan dengan kebijakan diterapkan oleh China. Apple salah satunya, baru di tangan Tim Cook, iPhone bisa menembus ketatnya persyaratan.Next


(tyo/ash)