"Kalau juara dunia Badminton, bisa kita ciptakan karena kita ada banyak mentornya yang pernah juara dunia seperti Taufik Hidayat, Ricky Subagja, dan lainnya," Indra Utoyo, Ketua Umum Masyarakat Industri Kreatif TIK Indonesia (MIKTI).
"Tapi untuk menciptakan startup sekelas Silicon Valley, itu masih sulit. Kita belum ada success story yang bisa jadi panutan untuk mentor. Indonesia ini ketinggalan 30 tahun dari Silicon Valley," paparnya lebih lanjut dalam talkshow IndoTelko Forum di Kembang Goela, Jakarta, Rabu (10/9/2014).
Menurut Indra yang juga menjabat Chief Innovation & Strategy Officer Telkom Group, ada beberapa kelemahan yang dialami oleh startup Indonesia hingga saat ini. Selain pola pikir lokal yang harus diubah, investment funding dan akses global juga harus ditingkatkan.
"Gairahnya sudah ada, tinggal bagaimana memasarkan dan memonetisasi hasil kreatif startup itu. Untuk akses ke global, Telkom sudah masuk ke situ, membangun akses biar terkoneksi langsung dengan episentrumnya ICT, Sillicon Valley," jelas Indra.
Dijelaskannya, peran pemerintah sangat dibutuhkan agar industri kreatif bisa tumbuh dan terbentuklah silicon valley ala Indonesia. "Setidaknya, wajib ada budget riset dan pengembangan sebesar 1% dari total anggaran. Selain itu pemberian insentif pajak, serta kapasitas," katanya.
Sekjen Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Merza Fachys menambahkan, salah satu isu yang harus dibereskan di Indonesia untuk mendorong industri kreatif digital adalah masalah penataan infrastruktur dan jumlah pemain di telekomunikasi.
"Industri kreatif itu bermain di jaringan telekomunikasi. Kalau bicara di tataran sekarang dimana ada 11 operator dan sumber daya terbatas, bagaimana kualitas bagus bisa didapat," kata Merza yang juga Direktur Network di Smartfren Telecom.
(rou/ash)