Penataan yang mulai dieksekusi pertengahan April hingga akhir 2015 nanti ini memang tak dipungkiri berisiko akan memberikan gangguan layanan seluler berbasis 2G seperti telepon, SMS, dan data.
Namun menteri memastikan, gangguan layanan akan diminimalisir sekecil mungkin sehingga tidak langsung berdampak nasional dan mengganggu 180 juta pelanggan sekaligus di spektrum tersebut.
"Itu sebabnya pada saat implementasi refarming 4G di 1.800 MHz, itu berdasarkan cluster, ada 40 lebih. Kenapa clustering, karena kita ingin memitigasikan atau melokalisir risiko," ujarnya saat ditemui di sela acara Selular Award di Balai Kartini, Jakarta.
Menteri pun memerintahkan kepada keempat operator seluler tersebut untuk fokus mengatur perpindahaan frekuensinya agar pelanggan 2G masih tetap bisa terlayani dengan baik.
"Kalau 3G atau 4G nggak ada masalah ya, tapi ini 2G resikonya akan termitigasi secara teknis dengan dilakukan clustering. Kan nggak (langsung) seluruh Indonesia. Dampaknya pun akan diminimalisir berdasarkan cluster. Dan cluster ini pun hanya pada jam-jam tertentu, jadi nggak semuanya langsung 180 juta," papar Chief RA.
Ia pun mengaku belum tahu persis di setiap cluster itu ada berapa pelanggan di dalamnya. Karena tergantung masing-masing operator, dan metodenya pun bisa berbeda-beda.
"Ada yang step-wise, ada yang indirect, tergantung operator. Insya allah sebelum 15 April ini kita sepakati mengenai jumlah cluster dan metode migrasinya di cluster-cluster tersebut," pungkas menteri.
(rou/rns)