Saya pun sampai tidak enak kalau ditanya saudara atau keluarga, kerja dimana, jawaban saya selalu “lagi interview di perusahaan X, Y, Z” yang semuanya perusahaan top.
Tapi saya memang keras kepala, saya keukeuh bahwa Bukalapak adalah masa depan kami. Kami bermimpi suatu saat usaha-usaha offline itu akan online, belanja pun juga akan online semua. Apapun akan terkoneksi dengan internet di masa depan.
Sambil mencoba tidak mendengar apa kata orang, sejak Bukalapak live, kita mulai bekerja mengajak siapapun yang punya usaha untuk bergabung, ada yang di mall, di pasar sampai via internet di Facebook, Forum, Twitter semuanya kita ajak.
Waktu kami dari pagi sampai tengah malam habis untuk mengajak berbagai kalangan usaha untuk bergabung Bukalapak. Seringkali kami tidur di garasi kecil kami di bilangan Haji Nawi, Jakarta Selatan. Weekend kami pun diisi dengan membangun Bukalapak, kadang refreshing bentar ke Pondok Indah Mall, walau cuma bisa lihat-liat saja, setelah itu balik ke garasi...he..he..
Tidak Dianggap
Yang menarik dari perjuangan kami bukan cerita-cerita kami di atas tentunya, ada sekelumit cerita sukses di luar sana yang jumlahnya jauh lebih besar. Dari ribuan kalangan usaha yang kami ajak, justru yang tertarik dan antusias bergabung adalah yang usahanya masih kecil-kecil alias baru memulai. Next
(rou/rou)