"Aset yang bisa dioptimalkan Telkomsel akan tetap digunakan. Bisnis tersebut akan jauh lebih maju berada di Telkomsel, sehingga pembelian aset Telkom oleh Telkomsel akan menghasilkan value bagi both companies," kata Direktur Network IT & Solution Telkom, Rizkan Chandra kepada detikINET di Jakarta, Senin (6/10/2014).
Seperti diketahui, Telkom telah membuat pengumuman akan merestrukturisasi unit usaha Flexi -- yang mengandalkan teknologi CDMA dengan lisensi fixed wireless access (FWA) -- dan melakukan pengalihan pelanggan ke anak usaha lainnya, Telkomsel -- yang mengusung teknologi GSM dengan lisensi seluler.
Restrukturisasi ini dilakukan menyusul adanya penataan pita frekuensi radio 800 MHz untuk keperluan penyelenggaraan jaringan bergerak seluler sesuai Peraturan Menkominfo No. 30 Tahun 2014. Tak cuma Telkom, tiga operator lainnya yang beroperasi di spektrum yang sama juga terkena dampak serupa.
Hingga semester pertama 2014, Flexi tercatat masih memiliki jumlah pelanggan 4,12 juta -- menyusut dibandingkan 15,5 juta pelanggan pada semester pertama 2013 lalu. Nah, pelanggan yang tersisa ini rencananya akan dimigrasikan secara bertahap ke Telkomsel mulai akhir tahun ini hingga pertengahan 2015.
Saat masih melayani pelanggan Flexi, Telkom memiliki aset jaringan mulai dari infrastruktur yang diperkuat oleh 4.000 BTS CDMA, system billing, hingga tentunya menara yang sebagian digunakan dengan cara menyewa.
"Yang jelas, neither Telkom or Telkomsel merugi. Aset yang tidak bisa dioptimalkan sudah banyak yang dibiayakan dua tahun terakhir, sehingga tidak banyak lagi," kata Rizkan.
Untuk masalah menara yang disewa Flexi, menurut Indra Utoyo, Direktur Innovation & Strategic Portfolio Telkom, akan dipercepat pembayarannya. Selanjutnya, slot yang ditinggalkan akan dimonetisasi oleh anak usaha Telkom lainnya, Mitratel, untuk dicarikan penyewa.
"Untuk sekitar 4.000 BTS yang ada di Flexi akan kita carikan pembelinya kalau sampai harus dijual," jelasnya. "Dana yang kami siapkan kira-kira Rp 1,9 triliun. Paling besar untuk migrasi infrastruktur, termasuk mempercepat biaya sewa menara milik Flexi. Itu saja menyerap dana sekitar Rp 1 triliun."
Menurut Indra, untuk migrasi Flexi terdapat beberapa isu yang harus dituntaskan Telkom terlebih dahulu, yakni masalah pelanggan, penggunaan frekuensi, sewa menara, dan alat produksi. (rou/ash)