Menurut Chairman Sharing Vision yang juga Dosen STEI ITB, Dimitri Mahayana, kejahatan dunia maya di Tanah Air tidak main-main. Di tahun 2013 lalu saja, Indonesia menjadi negara urutan pertama yang digempur dengan 42 ribu serangan harian.
"Kita telah menjadi negara yang memiliki risiko tinggi keamanan teknologi informasi. Risiko lain yakni cyber intelligence serta cyber espionage. Semuanya merongrong keamanan perusahaan dan negara," kata Dimitri dalam paparannya di Seminar Nasional Indonesia Cyber Crime Summit (ICCS), Aula Timur ITB, Kamis (9/10/2014).
Selain itu, riset Sharing Vision terhadap 151 responden media sosial juga menunjukan bertemu akun palsu (22 persen), password diketahui orang lain (13,6 persen), pencurian akun (9,9 persen).
"Ada juga 55% pengguna internet dibajak. Akun kita ini harus benar-benar diperhatikan. Karena kejahatan terhadap password ini juga menarik. Harus sering-sering mengganti password," saran Dimitri.
Dari angka-angka tersebut, lanjutnya, menunjukkan bahwa ada kerentanan yang perlu diperbaiki, khususnya di sisi keamanan.
"Ketika era semakin maju dan cybercrime merajalela maka sulit jika dilakukan tindakan penanggulangan pada saat kasus terlanjur terjadi. Makanya harus diperhatikan sisi pengamanannya," tandasnya.
(avi/rou)