"Sebanyak 41% konsumen menginginkan untuk bisa menonton acara favorit mereka di mana saja. Ada dua hambatan utama untuk ini, pertama biaya untuk konten itu sendiri," kata Head of Consumer Lab Ericsson Regional South East Asia and Oceania Afrizal Abdul Rahim dalam pertemuan dengan media di Marche Restaurant, Plaza Senayan, Jakarta.
Dikatakannya, konsumen memang rela membayar demi tayangan berkualitas HD atau bahkan 4K UHDTV, Live TV eksklusif dan film box office terbaru. Namun biaya sewa atau berlangganan untuk konten tersebut dinilai 48% responden masih mahal.
Hambatan lainnya, menurut Afrizal adalah koneksi internet yang lambat. Ketika melakukan streaming konten video maupun acara TV, tak jarang konsumen mengeluhkan tayangan terputus-putus.
"Hasil dari penelitian sudah jelas. Perusahaan media perlu memikirkan bagaimana menciptakan dan mengeluarkan konten. Sedangkan fokus bagi operator, penyediaan kualitas layanan data tertinggi untuk konsumen, tak peduli di perangkat apa yang mereka gunakan untuk menonton," sebutnya.
Riset Ericsson ini juga mengungkap, konten on-demand telah mendorong kebiasaan menonton TV meningkat. Untuk TV streaming intensitasnya lebih tinggi yakni 95% ketimbang TV konvensional di angka 90%.
Sebanyak 23% orang menonton TV streaming atau video saat mereka mobile atau bepergian. Pengguna kalangan muda mendominasi dalam persentase ini. YouTube menjadi layanan paling banya digunakan di Indonesia (78%) untuk menikmati on-demand TV, menonton video streaming atau mendownload video.
(rns/ash)