Storyboard, Lembar Oret-oretan di Balik Kesuksesan Foto Iklan

Jakarta - Fotografi komersial (commercial phtography) tak sekadar mengandalkan skill memotret dan ide besar. Namun bagaimana berkomunikasi dengan klien dan membangun kepercayaan. Termasuk menyiapkan mental bila dicerewetin atau dikomplain oleh klien.

Setidaknya begitulah yang dialami oleh commercial photographer Nila Obsidian. Bahkan ia sempat merasakan dipelototin dan dikomplain ketika baru meniti dunia commercial photography, 8 tahun lalu.


"Dulu seperti itu. Cerewet dan sampai diliatin waktu lagi motret. Tapi sekarang enggak lagi, sudah percaya," kata Nila saat ditemui detikINET dalam sebuah sesi pemotretan di Toko Merah, Kota Tua, Jakarta, Rabu (3/12/2014).


"Sekarang mereka tinggal mengirim email kebutuhan fotonya kayak apa. Saya tinggal mengirim beberapa pilihan model, mereka yang menentukan. Selebihnya ya jalan sendiri," papar Nila mencontohkan kebiasaannya dengan salah satu klien yang berbasis di Singapura.


Ternyata, resep sukses perempuan yang telah mengenal kamera sejak SMA ini adalah membuat storyboard. Kertas kerja ini efektif menjabarkan ide dan konsep dalam bentuk yang lebih kongkrit.


"Sebenarnya itu kebiasaan saya dulu waktu kerja 10 tahun di Production House (PH) sebelum memotret. Mereka membuat storyboard untuk menerjemahkan konsep. Jadi tidak di awang-awang konsepnya. Komunikasi sama model atau klien jadi lebih mudah," tukas pemegang kamera Nikon D3s dan D700 tersebut.


Dengan kemampuan berkomunikasi, berbagai proyek telah dikumpulkan dalam portfolionya. Termasuk foto produk, kalender, event, dan yang bersifat personal/privat. Beberapa fotonya bisa dilihat di nilaphotoworks.com Next


(Ari/ash)