Serangan kelompok teroris yang menewaskan 17 orang ini membuat media tersebut terancam dari sisi finansialnya, sehingga Google merasa perlu urunan agar media ini bisa bertahan.
Seperti dikutip detikINET dari Business Insider, Minggu (11/1/2015), Google juga berharap dengan dana tersebut media ini mampu menjual satu juta eksemplar majalahnya saat terbit nanti.
Sebelumnya, CEO Facebook Mark Zuckerberg dalam postingan di akun resminya menyerukan perlawanan dan penolakan terhadap ekstrimis yang berusaha untuk membungkam suara-suara dan pendapat orang lain di seluruh dunia.
"Aku tidak suka membiarkan hal itu terjadi pada Facebook. Saya berkomitmen untuk membangun layanan dimana Anda dapat berbicara tanpa rasa takut akan kekerasan," katanya, seperti dilansir The Guardian.
"Pikiran saya bersama dengan korban, keluarga mereka, orang-orang Prancis dan orang-orang di seluruh dunia yang memilih untuk berbagi pandangan dan ide-ide mereka, bahkan ketika itu membutuhkan keberanian," sebutnya.
Zuckeberg sendiri mengaku pernah mendapatkan ancaman pembunuhan dari kelompok teroris karena kejadian yang serupa dengan Charlie Hebdo.
Charlie Hebdo diserang oleh teroris karena dianggap terlalu berlebihan memberikan ilustrasi terhadap tokoh-tokoh politik dan agama, termasuk saat merilis karikatur Nabi Muhammad SAW.
Dalam kasus ini, tercatat 17 orang tewas, termasuk polisi setempat yang diketahui seorang muslim bernama Ahmed.
(tyo/rou)