Menkominfo Masih Ubek-ubek Batam

http://us.images.detik.com/content/2015/02/09/328/122022_rasidak.jpgMenkominfo Rudiantara saat sidak di Batam.


Jakarta - Di saat Jakarta kebanjiran akibat hujan yang tak henti-hentinya turun sejak dinihari, dan masih ada agenda rapat kerja dengan Komisi I DPR RI, Menkominfo Rudiantara ternyata masih terus melanjutkan blusukannya di Batam sejak akhir pekan lalu.

Setelah mendatangi pabrik ponsel 4G dan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah kios ponsel yang ada di kota itu, Chief RA masih berencana untuk mengubek-ubek Batam hari ini, Senin (9/2/2015).


"Masih (di Batam), mau ke Grapari Telkomsel dan Balmon (Balai Monitoring) dulu sebelum ke HPN (Hari Pers Nasional), chief," kata Rudiantara saat ngobrol santai dengan detikINET, Senin pagi ini.


Chief RA belum sempat memberikan update tentang hasil kunjungannya di Batam mengingat jadwalnya yang cukup padat. Apalagi ia juga ikut menemani Wakil Presiden Jusuf Kalla mengunjungi pabrik ponsel yang milik PT Sat Nusapersada Tbk.


Pabrik ini bersama PT Tata Sarana Mandiri, telah memproduksi smartphone 4G IVO pertama di Indonesia yang diluncurkan pada pertengahan 2014 lalu. Setelah itu ia juga menyempatkan diri untuk berkeliling Lucky Plaza dan pusat pertokoan Nagoya Hill, Batam.


Kementerian Kominfo di bawah komando Rudiantara belakangan tengah sibuk berkoordinasi dengan dua Kementerian lainnya, yakni Perindustrian dan Perdagangan, soal kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40% untuk perangkat konsumer seperti smartphone maupun tablet.


Regulasi ini digodok agar lebih mendukung perusahaan lokal dalam persaingan pasar ponsel yang terus didominasi oleh produk asing. Kebijakan ini mulai berlaku sejak 1 Januari 2017. Itu sebabnya, perusahaan dan pabrikan lokal juga didorong agar mampu meningkatkan kualitasnya untuk memenuhi aturan TKDN tersebut.


Menurut data dari Sucofindo Suveyor Indonesia, impor ponsel ke Indonesia pada 2013 lalu mencapai 58 juta unit dengan nilai USD 2,6 miliar atau setara Rp 35 triliun. Pada 2014, ponsel impor diperkirakan mencapai 60 juta unit dengan nilai USD 3,4 miliar atau sekitar Rp 42 triliun.


(rou/ash)