Operator Merger, Indonesia Bisa Hemat Banyak

Jakarta - Jika jumlah operator telekomunikasi di Indonesia bisa dikerucutkan menjadi tiga sampai empat operator lewat konsolidasi, maka defisit neraca perdagangan di negeri ini bisa ditekan jadi lebih hemat.

“Tahun ini saya prediksi total investasi operator Indonesia sekitar USD 4 miliar, itu hampir 80% belanja modalnya pakai dolar karena perangkatnya impor," kata Menkominfo Rudiantara di rumah dinasnya.


Angka itu katanya baru dari belanja modal operator saja, dan belum termasuk impor ponsel. Menurut data Sucofindo Surveyor Indonesia, impor ponsel ke Indonesia pada 2013 lalu mencapai 58 juta unit dengan nilai USD 2,6 miliar atau setara Rp 35 triliun.


Sementara pada 2014 lalu, ponsel impor diperkirakan mencapai 60 juta unit dengan nilai USD 3,4 miliar atau sekitar Rp 42 triliun. "Jadi tidak salah kalau sektor telekomunikasi ini salah satu penyumbang defisit negara,” lanjut menteri yang punya panggilan akrab Chief RA itu.


Menurutnya, jika jumlah operator di Indonesia bisa diperkecil menjadi empat pemain, maka penghematan bisa terjadi di sisi belanja infrastruktur. “Apalagi kalau nanti infrastruktur sharing, itu makin berhemat. Kalau operatornya efisien, nanti margin bisa dijaga, sehingga ada alokasi reinvestasi dan kualitas layanan makin bagus,” katanya berteori.


Ditambahkannya, untuk mendorong adanya konsolidasi di industri telekomunikasi, pemerintah akan menerbitkan Peraturan Menteri soal Merger dan Akuisisi (PMA) pada awal kuartal kedua 2015.


“Aturan ini akan secara komprehensif memberi rambu-rambu soal merger dan akuisisi. Kita juga tak capek bekerja per kasus bagi yang mau konsolidasi, acuannya PMA itu nanti,” pungkasnya.Next


(rou/ash)