Nama Apple memang masih menjadi jaminan mutu akan gadget-gadget canggihnya. Hanya saja, belakangan Apple disorot lantaran nilai sahamnya melorot sejak mencapai level tertinggi pada September 2012 lalu.
Pun demikian, kondisi tersebut tak lantas membuat Usmanov urung berinvestasi di Apple. Pebisnis 59 tahun ini pun yakin 'perjudiannya' di Apple akan mendapatkan hasil memuaskan.
"Saya percaya dengan masa depan perusahaan ini sepeninggal Steve Jobs," kata Usmanov, dalam wawancaranya dengan di kantor Bloomberg Moskow.
"Ketika perusahaan kehilangan USD 100 miliar dari market value-nya, itu merupakan saat yang tepat untuk membeli sahamnya, karena kapitalisasinya akan rebound," lanjutnya seperti dilansir Bloomberg.
Saham Apple memang tengah dalam kondisi kurang bagus. Bahkan jika dibandingkan September 2012 lalu, harga saham Apple anjlok 40%.
Hal ini disinyalir lantaran turunnya gross margin alias selisih keuntungan yang didapat dari penjualan produknya yang semakin berkurang, dulu sebesar 47,5% sekarang hanya 37,5% di triwulan I 2013.
Padahal jumlah iPhone yang terjual sepanjang Januari-Maret naik tipis menjadi 37,4 juta, dari sebelumnya pada periode yang sama 35,1 juta. Sementara iPad terjual 19,5 juta, jumlahnya melonjak dari penjualan di tahun lalu 11,8 juta.
Menanggapi hal tersebut, Usmanov yang memiliki kekayaan USD 19,8 miliar tetap santai. "Tidak ada yang abadi," tukasnya.
"Namun dalam tiga tahun ke depan, saya percaya Apple akan menjadi tempat investasi yang menjanjikan," kata orang terkaya ke-35 versi Fortune tersebut.
Keterlibatan Usmanov dalam perusahaan teknologi sejatinya bukan kali ini saja. Pada tahun 2009 lalu, ia mengucurkan investasi di Facebook saat masih bernilai USD 6,5 miliar.
Nah, investasi tersebut lantas 'dipanen' oleh Usmanov dan ia pun memperoleh USD 1,4 miliar.
"Saya tetap percaya pada sektor teknologi dan saya pun yakin dengan masa depan Facebook," pungkas miliuner yang juga berinvestasi di perusahaan internet China Alibaba.com serta Rusia Mail.ru.
Apple Cari Utang
Sebelumnya, pertama kali dalam sejarah, Apple berniat mencari utang. Caranya dengan menerbitkan surat utang alias obligasi.
Rencana tersebut terungkap dalam laporan yang diberikan Apple kepada Securities and Exchange Commission Amerika Serikat (AS). Dana yang didapat dari utang itu salah satunya akan digunakan untuk pembagian dividen kepada pemegang saham.
"Seiring waktu, kami mungkin akan menawarkan surat utang lebih dari satu kali," kata manajemen Apple dalam laporan tertulisnya yang dikutip AFP.
Pekan lalu, Apple akan melakukan pembelian kembali (buyback) saham dengan tujuan meningkatkan kembali harganya yang sudah jatuh. Dana yang disiapkan untuk aksi korporasi ini mencapai USD 100 miliar.
Selain itu, Apple juga mengumumkan rencana pembagian dividen kepada pemegang saham sebesar USD 3,05 (Rp 29.000) per lembar saham. Semua ini dilakukan untuk mengangkat harga sahamnya yang sudah terjun bebas sejak mencapai level tertinggi.
Apple pun telah melaporkan laba yang tergerus di tiga bulan pertama 2013. Turunnya laba ini merupakan yang pertama kali diderita Apple dalam 10 tahun terakhir.
Perusahaan yang didirikan Steve Jobs itu meraup laba bersih USD 9,5 miliar (Rp 90,25 triliun) di akhir triwulan I 2013, turun 18,1% dari laba di tahun sebelumnya pada periode yang sama USD 11,6 miliar (Rp 110,2 triliun).
Sementara omzetnya masih naik di tiga bulan pertama tahun ini, tercatat USD 43,6 miliar (Rp 414,2 triliun), tumbuh 11,2% dari sebelumnya USD 39,2 miliar (Rp 372,4 triliun) di 2012.
Pada penutupan perdagangan Senin waktu setempat, saham berkode APPL itu naik 3,1% ke level USD 430,12 per lembar, masih jauh dari posisi di level tertingginya US$ 700 per lembar.
Beberapa analis menilai Apple sedang memasuki krisis yang harus segera ditanggulangi. "Ini adalah sebuah krisis," kata hasil riset Indigo Equity Research.
"Apple sedang melakukan kesalahan yang sama seperti Nokia dan Motorola, yaitu tidak mengeluarkan produk yang inovatif dan mutakhir. Masalah ini akan semakin rumit jika pelanggannya mulai bosan, karena sekali penikmat teknologi meninggalkan satu produk, ia jarang ingin balik lagi," tandasnya.
(ash/fyk)