Belum Dimengerti, Big Data Masih Jadi 'Anak Tiri'

Jakarta - Meskipun industri sedang mengalami perkembangan, banyak perusahaan belum mengembangkan dan mengimplementasikan strategi big data. Alhasil, mereka masih bekerja dengan gaya tradisional, membiarkan tumpukan data tersebut bak sampah.

Padahal jika perusahaan teliti, ada potensi tersembunyi yang bisa diangkat dari kumpulan big data tersebut. Ini menjadi hal penting dalam menentukan langkah perusahaan di masa depan.


Penyedia layanan Business analytics SAS dan SourceMedia pun melakukan survei kepada 339 profesional bidang manajemen data tentang penggunaan teknologi manajemen data di perusahaan mereka.


Hasil survei menunjukkan baru sedikit organisasi yang memanfaatkan data produk, pelanggan dan sumber data lainnya. Dimana baru 12% perusahaan yang saat ini memiliki strategi penanganan big data dalam operasional sehari-hari.


Beberapa alasan yang menyebabkan mereka tidak memanfaatkan big data mereka secara maksimal adalah:

-. 21% tidak tahu banyak tentang big data.

-. 15% tidak mengerti tentang manfaat big data.

-. 9% kekurangan dukungan bisnis.

-. 9% kekurangan kualitas data yang baik dalam sistem yang dimiliki.


"12 persen perusahaan yang telah merencanakan big data sejatinya dapat memperoleh keuntungan kompetitif yang signifikan," kata Todd Wright, Global Product Marketing Manager SAS DataFlux Data Quality, dalam keterangannya, Selasa (30/4/2013).


Hambatan


Ketika perusahaan ditanya tentang kemungkinan perusahaan mereka akan menggunakan big data eksternal pada 2014, hanya 14% dari mereka menjawab 'sangat mungkin', sedangkan 19 persen menyatakan 'tidak mungkin sama sekali'.


Pertimbangan khusus yang dipikirkan adalah kualitas data dan keakuratan, mengakses data yang tepat, menggabungkan data yang terpisah, kurangnya pandangan organisasi ke dalam data, ketepatan waktu, compliance, dan keamanan.


Hasil survei menyatakan tidak ada konsensus nyata tentang siapa yang bertanggung jawab terhadap strategi manajemen data, namun mereka menyebutkan personel TI midlevel hingga CEO. Ketidakjelasin ini sepertinya menambah tantangan yang dihadapi dalam pengembangan dan eksekusi strategi data.


Apa yang Diinginkan?


Sebagian besar responden menginginkan analisa data sebagai prioritas untuk mendukung pembuatan keputusan, bersama dengan pembuatan laporan internal dan akses informasi yang terus bertambah.


Ketika mereka ditanya tentang apa yang mereka inginkan dari solusi data, jawaban pertama mereka adalah visualisasi data dan dashboards (73%), profiling data (53%), dan SaaS/ Software as a Service (44%).


Data pengguna dan produk merupakan jenis data teratas yang dikumpulkan di organisasi. Jenis data pelanggan yang telah dikumpulkan untuk membuat keputusan adalah business-to-consumer (66%), data end-customer (59%), data warga negara (29%) dan data pasien (23%).


Data produk yang dikumpulkan antara lain penjualan (62 persen), pembelian (61 persen) dan MRO/ Perawatan, Perbaikan dan Operasi (40 persen).


"Big data atau bukan, manajemen data akan membantu menentukan perusahaan mana yang akan tumbuh dan dapat menghadapi tahun-tahun mendatang," lanjut Wright.


Sebagai contoh adalah pusat jaringan mobil Prancis Feu Vert. Perusahaan ini memiliki 400 outlet ritel di Eropa, dalam lebih dari enam bulan, Feu Vert dan SAS bekerja bersama untuk membuat hub data dengan referensi unik menggunakan SAS DataFlux Data Management dan SAS DataFlux Master Data Management.


Proyek ini juga menghasilkan program pengaturan data pelanggan, meningkatkan nilai dan kualifikasi data pelanggan, serta mengurangi biaya kontak per pelanggan. Untuk mempertahankan posisi pemimpin pasar, Feu Vert meningkatkan keakuratan dan kualitas data pelanggannya.


(ash/rns)