Melansir survei dari badan independen, HP mengatakan bahwa sebanyak 58% konsumen tidak mengetahui bahwa mereka telah membeli barang palsu.
Dipaparkan Dewi Pusporini, dari HP Indonesia, tinta tidak original akan merusak hardware dan kualitas cetaknya. "Pengertian counterfeit di sini sejauh menggunakan boksnya HP tetapi tetapi dalamnya tidak," tukas Dewi dalam acara HP Deskjet Ink Advantage High Capacity (HC) Media Workshop di Decanter, Jakarta Selatan.
Barang counterfeit pun diakuinya mudah ditemui, tak terkecuali di toko-toko besar. Sayangnya, seperti disinggung di atas, konsumen banyak yang tidak mengetahui bahwa mereka telah membeli tinta palsu, di mana saat kualitas yang dihasilkan tidak baik, maka image HP-lah yang rusak dan tak ayal ini juga berdampak ke penjualan.
Namun Dewi tidak membeberkan lebih rinci seberapa besar dampak keberadaan barang abal-abal tersebut terhadap bisnis HP.
Beberapa upaya mereka lakukan demi menekan laju barang bajakan ini. Salah satu cara yang dilakukan HP adalah dengan membentuk badan investigator.
Disampaikan oleh Imelda Setijadi Maswi, Printing Category Director HP Indonesia, Kamis (2/5/2013), salah satu kesuksesan yang didapat dari badan penyelidik ini adalah terungkapnya kasus di Batam. Dibantu oleh pihak kepolisian, mereka berhasil meringkus manufaktur barang palsu.
"Di Asia Pasifik, termasuk di Indonesia, kami fokus melakukan kampanye anti counterfeit," tambahnya. Langkah edukasi ke reseller dan corporate turut mereka lakukan.
Aksi pemalsuan ini sendiri tak hanya terjadi di Indonesia. Lebih lanjut Dewi mengatakan bahwa negara-negara berkembang lainnya juga menjadi target counterfeit seperti India, Thailand dan Filipina.
(sha/ash)