Indonesia Jor-joran Belanja Telekomunikasi

Jakarta - Indonesia ternyata cukup banyak menghamburkan uang untuk impor produk telekomunikasi. Dalam setahun terakhir saja bisa lebih dari USD 12,6 miliar atau hampir Rp 150 triliun yang dibelanjakan. Pantas saja defisit neraca perdagangan kita ikut tinggi.

Tingginya angka impor telekomunikasi bisa kita lihat dari belanja USD 2,6 miliar untuk impor ponsel yang mencapai 15.338 ton lebih di sepanjang 2013. Sementara belanja infrastruktur operator berupa perangkat radio dan stasiun pemancar diperkirakan mencapai USD 10 miliar.


Angka impor produk telekomunikasi ini bukan tak mungkin semakin meningkat di tahun 2014 ini seiring kehadiran teknologi baru. Menyambut era 4G, para operator seluler sudah pasti akan membangun jaringan mulai dari backbone, backhaul, dan perangkat lainnya, yang tentunya diimpor dan dibayar dalam mata uang asing.


Terpuruknya nilai tukar rupiah juga tak menghalangi niat para operator telekomunikasi untuk belanja perangkat infrastruktur meskipun investasi yang harus dikeluarkan bisa naik 15% lebih. Jelas, kondisi ini akan membuat rupiah semakin terdepresiasi.


Tentu saja, masalah ini harus cepat dicari jalan keluarnya. Di tengah kompetisi ketat saat ini, tidak mungkin operator berani menaikkan tarif dan mengorbankan kualitas layanan demi menghemat investasi belanja modal.


“Solusi yang mungkin layak untuk dipertimbangkan saat ini adalah infrastructure sharing,” kata Didi Suwondo, Wakil Ketua Umum Bidang IT, Telekomunikasi, Penyiaran, dan Ristek Kadin Indonesia dalam diskusi IndoTelko Forum, di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (18/3/2014).


Infrastructure sharing alias berbagi pakai infrastruktur bisa dilakukan dan akan saling menguntungkan semua pihak jika bisa terjadi kesepahaman antarpelaku bisnis, regulator, dan pengguna, agar terjadi persamaan pandangan dan aturan main yang jelas.Next


(rou/ash)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!