Kekhawatiran soal terganggunya privasi juga jadi perhatian khusus Telkomsel yang berniat untuk memasarkannya. Itu sebabnya, kata Ivan Cahya Permana, Vice President Technology & Systems Telkomsel, pihaknya masih mempelajari terlebih dulu peluangnya.
"Masalah privasi memang jadi salah satu concern utama kami selain harganya yang memang masih mahal. Meskipun laku keras di banyak negara, tapi ada juga yang menolak seperti Prancis karena dinilai bisa melanggar privasi," katanya di Gandaria City, jakarta, Selasa (22/4/2014).
Dengan segala kecanggihan yang ditawarkan oleh kacamata pintar milik Google tersebut, Google Glass kata Ivan bisa saja disalahgunakan oleh penggunanya nanti. Misalnya untuk menyontek soal ujian, atau digunakan untuk mengintip, mengambil foto, dan merekam video diam-diam.
"Itu sebabnya semua kemungkinan kami pelajari. Kita lihat dulu animo pasar dalam setahun ini sebelum benar-benar mengkomersilkannya. Kalau respons pasar positif, tentu kami segera memasarkannya," jelas Ivan.
Telkomsel yang telah menjalin komunikasi secara intensif dengan Google, rencananya akan langsung memesan tanpa melalui SingTel, salah satu induk usahanya. Jika bisa terlaksana, maka Google Glass akan dijual di kisaran Rp 15 juta sampai Rp 20 juta bersama dengan paket layanan data Telkomsel.
Harga yang ditawarkan memang masih sangat mahal. Namun di luar negeri pun kacamata itu memang dijual dengan banderol tinggi. Dengan harga USD 1.500 atau sekitar Rp 17 jutaan, kacamata dengan bonus sepasang kaca lensa atau sebuah bingkai ini ludes dalam satu hari.Next
(rou/eno)