Yang dimaksudkan pria bernama lengkap Deni Budhisantana itu adalah karena Panada disebut menawarkan kesederhanaan. Ia menuturkan kerap direpotkan bila ingin mengembangkan aplikasi berbasis PHP yang baru karena harus membangun framework dari awal yang dibuatnya dari scratch PHP.
“Panada menarik banget! Karena kita sebagai developer bisa tak harus melakukan itu (membuat dari scratch PHP-red). Jadinya proses pengerjaan memang menjadi lebih cepat,” ujarnya di acara Panada Conference 2014 kepada detikINET.
Developer yang ternyata sarjana pertanian ini juga mengatakan dengan kelebihan yang dimiliki Panada, web framework buatan lokal ini sangat punya potensi ke depannya. Pun begitu dirinya mengatakan untuk lebih mempopulerkan Panada ke kalangan developer dan mahasiswa diperlukan acara-acara sejenis lebih sering diadakan.
“Saya adalah developer web framework Laravel, tapi sejak tahu Panada (dengan kesederhanaannya) saya ingin mencobanya dan menularkannya ke teman seprofesi saya,” imbuhnya.
Lain lagi yang disampaikan oleh Dahlan, mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta yang mengambil jurusan Teknik Informatika Komputer ini justru baru tahu mengenai web framework lokal Panada. Dengan mengikuti Panada Conference 2014, Ia bersama teman-temannya pun ingin lebih jauh mengenal web framework tersebut.
Adapun alasan lain Dahlan menghadiri Panada Conference 2014 adalah ingin mengetahui lebih jauh soal infrastruktur melalui salah satu sesi yang digelar di acara tersebut. “Karena sesuai dengan jurusan saya,” ucapnya sambil tersenyum.
(yud/fyk)