Seperti detikINET kutip dari Reuters, Sabtu (11/1/2014), pembelian obligasi ini merupakan bagian dari pembelian surat utang Blackberry senilai USD 1 miliar yang pernah diumumkan sebelumnya.
Fairfax juga sebelumnya sudah membeli sebagian utang itu senilai USD 250 juta. Sedangkan perusahaan pendukung lain seperti badan pengelola investasi Qatar, Brookfield Asset Management, and Markel Corp, Canso Investment Counsel sudah membeli total USD 300 juta.
Dengan persetujuan itu Fairfax akan menggandakan kepemilikan utangnya di BlackBerry. Fairfax saat ini memiliki 9,9% saham BlackBerry sehingga menjadikannya sebagai pemegang saham terbesar.
Vendor smartphone asal Kanada ini bisa memanfaatkan suntikan dana tersebut untuk memperbaiki kinerja dan mengembalikan daya saingnya di industri smartphone. Seperti diketahui, BlackBerry merugi USD 2,6 miliar dalam dua kuartal dan pangsa pasarnya hanya tersisa 1% secara global.
CEO BlackBerry John Chen menegaskan, perusahaan asal Kanada ini akan terus berjuang untuk bisa selamat dari kesulitan keuangan, salah satunya dengan menggenjot pasar korporasi.
BlackBerry juga akan membagi perangkat atas dua segmen yakni retail dan korporasi. Untuk perangkat smartphone retail khusus emerging market, semua proses produksi, manufaktur, hingga inventory akan dipercayakan pada Foxconn. Salah satunya BlackBerry Jakarta.
BlackBerry sendiri akan fokus untuk memproduksi handset BlackBerry untuk pasar enterprise. Ponsel ini nantinya akan tetap mengusung keyboard fisik. Berbeda dengan yang diproduksi Foxconn, yang hanya mengandalkan layar sentuh dan berbanderol di bawah USD 200.
(rou/rou)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!