"Investasi untuk 6 pelabuhan ini Rp 3 miliar. Tapi itu baru tahap awal. Baru untuk infrastruktur dasar seperti broadband connectivity, WiFi, dan cloud," ungkap Direktur Enterprise and Services Business Telkom Muhammad Awaluddin kepada detikINET di Jakarta, Kamis (13/11/2014).
Broadband port adalah penyediaan akses pita lebar yang bukan saja kuat tapi dapat diandalkan komunitas di pelabuhan. Infrastruktur broadband ini keniscayaan agar content apps dan commerce transaction terwujud mendukung poros maritim.
Dalam membangun broadband port yang disiapkan adalah infrastruktur dasar seperti broadband connectivity berbasis serat optik, seluler, access point WiFi. Agar Broadband Port maksimal, Telkom menggandeng pemilik kapal yang tergabung dalam Indonesian National Shipowners Association (INSA).
"Selanjutnya akan masuk ke content dan fungsi commerce. Investasinya sekitar Rp 52 miliar di tahun 2014. Itu untuk hardware, software, sarana pendukung, dan lain-lain. Sementara untuk tahun 2015, bisa sampai Rp 100 miliar," papar Awaluddin lebih lanjut.
Selain membangun jaringan, Telkom melalui anak perusahaannya Indonesia Logistics Community Service (ILCS) bekerjasama dengan Kementerian Perhubungan mengimplementasikan platform untuk layanan kapal di Tanjung Priok yang disebut dengan Inaportnet.
Inaportnet adalah portal elektronis yang terbuka dan netral guna memfasilitasi pertukaran data dan informasi layanan ke pelabuhanan secara cepat, aman, netral dan mudah yang terintegrasi dengan instansi pemerintah terkait, badan usaha pelabuhan, dan pelaku industri logistik untuk meningkatkan daya saing komunitas logistik Indonesia.
Inaportnet ini digunakan oleh Otoritas Pelabuhan, Bea Cukai, Instansi Pemerintahan Lainnya, Shipping Lines dan Agents, Terminal Operators, Freight Forwarders, Customs Brokers (PPJK), Container Freight Station (CFS), Inland Trucker, dan Importers/Exporters.
“Inaportnet ini tujuannya agar terjadi paperless, single submission, dan terintegrasi antar pemangku kepentingan. Pengalaman setahun ini telah menunjukan tanda-tanda bahwa transaksi elektronik itu, susah atau mudah, tetapi menjadi keharusan kalau Indonesia ingin bersaing di pasar global,” pungkas Awaluddin.
(rou/ash)