Networked Society City Index sendiri diterbitkan oleh Ericsson. Ada dua aspek besar yang diukur di sini, dari sisi general yang disebut triple bottom line (mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan) di suatu kota serta dalam lingkup ICT (mencakup infrastruktur, keterjangkauan dan penggunaan).
Stockholm berada di posisi puncak dalam daftar ini. Dari pengukuran dalam lingkup sosial, ibukota Swedia tersebut mendapat nilai 86, ekonomi 61, lingkungan 91, dan infrastruktur. Adapun dari kacamata ICT, infrastruktur Stockholm meraih angka 68, keterjangkauan 97 serta untuk penggunaan ICT 80.
Lantas bagaimana dengan Jakarta? Ibukota Indonesia dianggap sebagai kota terbesar di kawasan Asia Tenggara dengan status sebagai rumah bagi lebih dari 10 juta jiwa.
Nilai plus Jakarta berasal dari penggunaan tinggi dari perangkat mobile serta tarif layanan seluler yang terbilang murah. Sementara angka minus Jakarta muncul dari tingkat polusi serta pembangunan infrastruktur ICT yang lambat.
Alhasil, Jakarta harus puas berada di posisi ke-34 dari 40 kota yang dinilai. Jakarta berada di bawah Buenos Aires, Muscat dan Manila serta di atas Kairo, Delhi dan Mumbai.
Lebih detailnya, Jakarta mendapat nilai 74 untuk lingkup sosial, ekonomi 23, lingkungan 64, dan infrastruktur 13. Sementara dari sektor ICT, infrastruktur Jakarta mendapat skor 13, keterjangkauan 86 serta 25 untuk penggunaan.
(ash/fyk)