Salah satu penerapannya adalah dengan mendigitalisasi kitab yang terdapat di pesantren. Dengan begitu ke depannya, kitab-kitab tersebut bisa dibaca melalui ponsel ataupun tablet.
"Nantinya kitab-kitab tebal itu bisa dibaca di gadget. Jadi belajarnya lebih enak dan bisa di mana saja," ujar Abdullah Azwar Anas, Bupati Banyuwangi setelah menghadiri acara workshop 'Menjalin Kemitraan dengan Implementasi IT di Pemerintahan' yang diadakan di gedung BPPT, Jakarta, Kamis (13/11/2014).
Untuk mendukung hal itu, Pemkab Banyuwangi memasang hotspot WiFi di sejumlah pondok pesantren, agar kitab digital itu lebih mudah diakses.
Begitu pula dengan penggunaan teknologi informasi sebagai medium dakwah. Caranya adalah dengan memanfaatkan media sosial seperti Twitter untuk menyebarkan dakwah.
"Kiai jaman sekarang kan gak cuma bawa tasbih, hampir semua sekarang punya ponsel. Jadi infrastrukturnya tak perlu disediakan lagi, tinggal melakukan pelatihan untuk mereka (kiai-red.)," pungkas Anas.
"Seandainya saja kiai-kiai itu bisa ngetwit yang bagus setiap saat, tweet bodong seperti yang mellow dan jomblo itu bisa ketutup kan," ujar Anas sembari tertawa.
Tak cuma itu, Anas pun mengharapkan para kiai melek IT ini dapat memantau aktivitas para santri dengan mudah. Caranya dengan menggunakan ponsel tersebut untuk mengakses cctv yang terpasang di pondok pesantrennya.
(asj/ash)