Dilihat dari sisi Network Readiness Index dari WEF yang mengukur secara holistik pengembangan ICT dan dampaknya di sebuah negara, Indonesia menempati posisi 64, di bawah posisi Singapura (urutan 2) dan Malaysia (urutan 30).
Network Readiness Index Indonesia berada di atas rata-rata lower-middle income group dimana Indonesia memiliki nilai yang baik dari sisi affordability, skill serta business usage. Tetapi, memiliki nilai rendah di sisi individual usage serta infrastructure dan content readiness. Ujungnya, nilai economic impact menjadi rendah.
“Saya ingin pada 2019 nanti peringkat NRI Indonesia itu berada di nomor dua setelah Singapura untuk ASEAN. Sebenarnya Singapura tidak apple to apple dengan luas Indonesia. Nanti, minimal Jakarta dan Singapura itu setara,” ungkapnya usai breakfast meeting di gedung Kominfo, Jakarta, Jumat (30/1/2015).
Dijelaskannya, salah satu yang akan digeber adalah membangun infrastruktur broadband sesuai Rencana Pita Lebar Indonesia (RPI). “Nanti 4G akan dibuka di semua frekuensi seluler, ini akan siginifikan meningkatkan NRI karena Indonesia sudah kadung menjadi konsumen mobile broadband,” katanya.
Selain itu, Chief RA juga tengah mematangkan konsep pembangunan serat optik Palapa Ring yang layak direalisasikan tak seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Palapa Ring ini penting bagi Indonesia karena manfaatnya sangat besar dibidang ekonomi, pertahanan, dan mendukung pemerataan program pendidikan Tanah Air," katanya.
"Saya sudah bicara dengan Telkom untuk sebanyak-banyaknya memasukkan rute Palapa Ring ke ekspansi jaringannya. Insentif akan disiapkan bagi Telkom,” ungkap Rudiantara lebih lanjut.
Menurutnya, meminta flag carrier sepert Telkom untuk membangun proyek seperti Palapa Ring yang banyak tak layak secara bisnis lebih ideal ketimbang memaksa regulator menjadi operator.
“Kalau pemerintah yang bangun, siapa operator dan memelihara nanti. Belum ada isu aset dan lainnya. Jika backbone sudah optik semua, NRI Indonesia bisa naik juga, Chief,” pungkasnya. (rou/ash)