Menjaring 'Recehan' dari Transaksi Online

Jakarta - Bisnis online di Indonesia tengah menanjak. Namun banyak dari mereka yang belum sepenuhnya melakukan e-commerce. Jadi setelah memesan, pembayaran tak dilakukan saat itu juga, melainkan harus pergi ke ATM atau bahkan COD (cash on delivery).

Tak salah memang, hanya saja hierarki dari e-commerce belum sepenuhnya didapat di sini. Sebab pengguna masih belum menuntaskan transaksinya lewat layar komputer.


Banyak hal yang menyebabkan kebiasaan ini sulit dihilangkan, mulai dari faktor keamanan dan keengganan si pengguna sendiri. "Ribet ah," atau "Khawatir gak aman," demikian alasan yang sering didengar.


Kondisi ini pun dilihat oleh iPaymu sebagai peluang untuk menawarkan solusi online payment processor. Ibarat gula dan kopi yang saling melengkapi, maka booming bisnis online diyakini bakal berdampak sinergis dengan kebutuhan akan layanan pembayaran online.


Riyeke Ustadiyanto, pendiri sekaligus pemilik iPaymu menilai potensi bisnis e-commerce di Indonesia masih cukup terbuka luas.


Berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), pasar e-commerce di Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan mencapai Rp 130 triliun, tumbuh hampir dua kali lipat dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 69 triliun.


Sedangkan dalam riset Indonesia Telecom Outlook Indonesia–Go Online 2012, menyebutkan pendapatan transaksi e-commerce di Indonesia mencapai USD 120 juta pada 2010 dan akan meningkat jadi USD 650 juta pada 2015.Next


(ash/fyk)