Menurut Shao Yang, Chief Marketing Officer Huawei, tak seperti Android dimana tiap vendor ponsel mampu menyodorkan tampilan berbeda-beda, pada Windows Phone hal tersebut tak dapat dilakukan. Praktis tiap ponsel yang mengandalkan Windows Phone mengusung tampilan serupa satu sama lain.
Hal ini juga yang akhirnya membuat pengguna Windows Phone tak dapat melakukan personalisasi tampilan pada ponsel miliknya. Kalaupun bisa, hanya sebatas penempatan kotak-kotak yang dapat diatur. Namun secara keseluruhan tetap saja tampilannya mirip-mirip.
Terlepas dari itu, Yang juga mengatakan penggunaan Windows Phone berpengaruh pada nilai jual produk yang menjadi 10% lebih tinggi.
Ditambah lagi dengan ekosistemnya yang berkembang lamban sehingga membuat pengguna cenderung menjadikannya pilihan kedua setelah Android.
Lebih lanjut bos Huawei ini memaparkan, ada 3 alasan yang membuat perkembangan Windows Phone lamban.
Pertama, soal harga lisensi yang harus dibayar dalam penggunaannya yang berpengaruh pada harga produk. Kedua adalah ekosistem yang lambat perkembangannya.
"Sedangkan yang ketiga adalah batasan pada vendor dalam melakukan kustomisasi yang membuat semua ponsel Windows Phone semuanya tampak sama,” jelasnya, seperti detikINET kutip dari Ubergizmo, Senin (24/3/2014).
Pun begitu, Huawei sepertinya belum akan meninggalkan Windows Phone. Meski masih dilakukan setengah hati. Produsen asal Tiongkok ini konon akan membuat ponsel dual boot yang berisi Android dan Windows Phone di dalamnya.
(yud/ash)