"User tidak diperbolehkan menciptakan profil atau konten yang mempromosikan prostitusi," demikian kurang lebih peraturan baru yang dikeluarkan LinkedIn.
Tara Commerford selaku Head of Communications LinkedIn, menyatakan bahwa memang para pengguna LinkedIn menentang adanya promosi yang terkait prostitusi.
"Revisi dari kebijakan kami hanya membuat larangan itu lebih jelas dan lebih sederhana untuk dibaca," sebut Tara yang dikutip detikINET dari News.com.au, Kamis (23/5/2013).
Paar pekerja seks sendiri tampaknya tidak ambil pusing soal larangan dari LinkedIn tersebut. Mereka menyatakan masih punya alternatif seperti Facebook dan Twitter.
"Facebook dan Twitter adalah tool yang jauh lebih baik sebagai medium industri ini. LinkedIn saat ini belum menjadi pilihan yang bagus," kata Grace Bellavue, pekerja seks di Adelaide, Australia.
(fyk/ash)