Perilaku Pintar Berponsel Pintar

Jakarta - Tak bisa dipungkiri, kemajuan teknologi tak bisa dibendung. Hanya saja, hal ini juga harus diimbangi dengan kesiapan pengguna untuk mencerna dan menggunakan teknologi tersebut. Jangan lantas terbawa arus liar teknologi.

Arus liar di sini tentunya diarikan sebagai sisi negatif dari teknologi itu sendiri. Contoh paling mudah adalah ketika kita berbicara tentang smartphone.


Smartphone sering dianalogikan sebagai ponsel pintar. Sayang, penggunaan perangkat ini masih banyak yang tidak diiringi dengan perilaku pintar.


Jika membuka arsip media di sejumlah daerah, cukup mudah untuk mencari contoh nyata penyalahgunaan smartphone, terutama yang dilakukan oleh para remaja.


Seperti kasus video mesum sepasang remaja yang menghebohkan di Banyuwangi, kemudian menyebar melalui bluetooth dari ponsel ke ponsel.


Ada pula soal kisah pilu tentang remaja yang menjadi korban Facebook. Modus yang dilakukan pelaku sebenarnya sederhana. Berkenalan singkat di dunia maya -- dalam hal ini jejaring sosial seperti Facebook -- merayu korban dengan bahasa manis, mengajak kopi darat, dan terjadilah aksi kejahatan tersebut.


Internet di sini sejatinya berperan sebagai medium perkenalan korban dengan pelaku kejahatan. Sekali lagi, andai saja korban dapat lebih pintar dan bijak menggunakan kemajuan teknologi, tentu hal yang tidak diinginkan itu tak akan sampai terjadi.


Contoh lainnya melanda seorang remaja berusia 18 tahun yang divonis bersalah oleh pengadilan negeri Kota Bogor karena dianggap menghina temannya melalui jejaring sosial Facebook.


Sebegitu mudahnya kah jalan untuk melakukan kejahatan? Entah, yang pasti jangan salahkan teknologi. Tapi tanya lagi kepada diri sendiri, bagaimana Anda menggunakan teknologi tersebut?


Internet memang sudah bukan barang mewah, orang-orang tak perlu lagi mencari warung internet (warnet) untuk bisa terkoneksi ke dunia maya. Cuma lewat telapak tangan alias menggunakan smartphone, Anda kini sudah bisa online.


Menurut psikolog Tika Bisono, fenomena penyalahgunaan smartphone tidak lepas dari kurang pahamnya remaja terhadap fungsionalitas smartphone.


"Antara keinginan memiliki smartphone tidak berbanding lurus dengan kebutuhan dan fungsionalitas," lanjutnya.


Nah, kondisi ini pula yang mengusik hati vendor ponsel merek lokal Cross Mobilephone membuat program Pagar Hati untuk dapat mendorong penggunaan ponsel pintar secara pintar.


Janto Djojo, Chief Marketing Officer CROSS Mobilephone mengatakan, Pagar Hati adalah gerakan yang mendorong penggunaan smartphone ke arah positif serta membuat pagar mental dalam hati pengguna untuk mengenali dan menghindari penggunaan smartphone kepada aktivitas yang kurang terpuji.


"Kami sadar bahwa teknologi tidak dapat dibendung, karenanya kami berusaha mendampingi masyarakat dalam menikmati perkembangan teknologi smartphone yang kami hadirkan, dengan tetap memagari hati mereka," tegas Janto, dalam keterangannya, Sabtu (25/3/2013).


Cross menyadari bahwa kebanyakan pengguna smartphone di usia remaja terfokus pada penggunaan smartphone dan aplikasi yang ada untuk senang-senang alias entertainment. Namun banyak dari mereka tidak melihat lebih jauh mengenai batasan-batasan penggunaan aplikasi tersebut dan dampak yang ditimbulkan, baik positif ataupun negatif.


Pagar Hati berharap dapat menginformasikan pengguna smartphone mengenai batasan yang ada, agar dapat memagari hati mereka dan menggunakan smartphone secara lebih pintar dan bijak.


Berikut beberapa modul panduan dari program Pagar Hati:


A. Untuk Murid

A.1. DOs

1. Kunci smartphone menggunakan password.

2. Mendownload applikasi yang kamu perlukan

3. Mengetahui dengan jelas kegunaan dan fungsi aplikasi yang akan kamu download dan gunakan.

4. Gunakan smartphone hanya ketika perlu atau tidak sedang berinteraksi dengan orang lain.

5. Ketahui dengan jelas arti dari istilah yang digunakan masing-masing aplikasi (contoh; tag, hashtag, trending topic, timeline, mention, dll)

6. Terhubung (follow, friends) dengan orang yang benar-benar kamu tahu atau kenal di kehidupan nyata.

7. Tunjukkan foto orang yang kamu ambil kepada orang tersebut, jangan langsung taruh sebagai wallpaper di smartphone kamu.


A.2. DON'Ts

1. Mengambil foto/video orang lain tanpa permisi

2. Mengambil foto/video kamu sendiri atau orang lain, yang tidak pantas atau tidak senonoh.

3. Menggunakan smartphone ketika kamu sedang berinteraksi secara langsung (face to face) dengan orang lain.

4. Menggunakan terlalu banyak hastag (#) tanpa fungsi yang jelas.

5. Sembarangan memberikan kontak detail/informasi personal kepada orang melalui aplikasi social media yang bisa dilihat banyak orang.

6. Menggunakan smartphone untuk merekam/mengambil gambar kegiatan orang lain yang tidak pantas

7. Mengirim gambar yang tidak pantas atau porno.

8. Membuat kata-kata yang tidak pantas atau kasar di aplikasi yang dapat dilihat semua orang (contoh: Facebook, Twitter, Google+, dll)

9. Memberitahukan password smartphone mu kepada orang lain selain orangtua


B. Orang Tua & Guru

B.1 DOs untuk orang tua & guru:

1. Mengetahui fungsi dan kegunaan aplikasi yang di gunakan secara jelas.

2. Memahami dengan jelas istilah-istilah yang digunakan di dalam masing - masing aplikasi (contoh post, timeline, publish, etc).

3. Mempelajari aplikasi bersama-sama dengan anak/murid.

4. Menggunakan aplikasi yang dalam digunakan untuk menjadi media penghubung dengan anak/murid.

5. Menginformasikan penggunaan aplikasi yang benar kepada anak/murid.

6. Menjadi role model untuk anak/murid dalam menggunakan aplikasi di dalam smartphone Anda.

7. Mengetahui sistem parental lock di smartphone anak/murid Anda.


B.2 DON'Ts untuk orang tua & guru:

1. Merasa bahwa Anda tidak begitu paham mengenai aplikasi dan teknologi dibandingkan dengan anak/murid Anda.

2. Menggurui anak/murid melalui aplikasi yang menghubungkan Anda dengan mereka, tetapi lebih mengarahkan mereka (contoh di Facebook atau Twitter).

3. Memberitahukan kesalahan anak/murid dalam menggunakan aplikasi smartphone di depan teman-temannya (contoh mem-post-kan di Facebook).

4. Menggunakan aplikasi smartphone untuk hal-hal negatif di sebuah aplikasi yang dapat dilihat oleh murid-murid lain.

5. Menyimpan image/video/link/shortcut/aplikasi dewasa di smartphone Anda yang dapat diakses oleh anak/murid.


(ash/ash)