Ini Posisi Paling Rentan PHK di Bakrie Telecom

Jakarta - Selain karena terlilit hutang, Bakrie Telecom (BTel) juga terpaksa merampingkan jumlah karyawannya sejak memutuskan bergabung dengan Smartfren Telecom. Kira-kira, posisi apa yang paling rentan jadi korban?

Menurut pengamatan Anggota Komite Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) M Ridwan Effendi, pemutusan hubungan kerja alias PHK ini ditempuh BTel karena operator seluler dengan brand Esia ini tak lagi memiliki jaringan.


"Akibat dari Bakrie tidak punya jaringan lagi. Jaringan jadi milk Smartfren. (Artinya) tak perlu lagi network engineer. Paling besar kemungkinannya itu. Mudah-mudahan terserap oleh Smartfren," ujarnya kepada detikINET, Rabu (11/3/2015).


Seperti diketahui, Presiden Direktur Btel Jastiro Abi telah memutuskan untuk mengambil tindakan untuk merumahkan sekitar 400 karyawannya mulai semester kedua 2015 mendatang demi kelangsungan hidup perusahaan.


Ia mengaku optimistis perusahaan bisa kembali meraup untung setelah efisiensi dilaksanakan. Kinerja positif perusahaan telekomunikasi Grup Bakrie itu bisa terjadi dalam satu atau dua tahun ke depan.


Rentang waktu yang dimaksud oleh Abi, tak bisa dipungkiri terkait dengan rencana penggabungan usaha dengan Smartfren Telecom. Kedua perusahaan itu nantinya akan menggunakan infrastruktur bersama untuk mengoperasikan layanan 4G LTE FDD di 800 MHz paling lambat akhir 2016 nanti.


BTel dan Smartfren sebelumnya pada 30 Oktober 2014 lalu juga telah menandatangani Perjanjian Kolaborasi dan Perjanjian Sewa Menyewa Jaringan. BTel akan mendapatkan saham Smartfren, sementara Smartren akan mendapatkan aset jaringan Btel.


Dengan perjanjian itu, seluruh jaringan Btel akan digabungkan dengan jaringan milik Smartfren. Kemudian, Btel akan menyewa kembali jaringan dari Smartfren untuk melayani pelanggan Esia dengan lisensi hanya sebagai penyelenggara jasa.


(rou/ash)