Penyebab belum optimalnya kecepatan 4G di Indonesia sendiri disebut karena frekuensi yang digunakan yakni 900 MHz hanya menyediakan spektrum sebesar 5 MHz. Alhasil, kecepatannya paling mentok 35 Mbps.
Bahkan teknologi 3G masih lebih baik karena klaimnya bisa tembus 42 Mbps. Pun demikian, bila dijalankan di spektrum yang lebih besar, teknologi 4G menjanjikan kecepatan lebih tinggi, tembus 100 Mbps.
Hal tersebut telah dibuktikan saat ajang APEC tahun 2014 lalu, ketika itu jaringan 4G yang disodorkan operator seluler sanggup menembus kecepatan download 100 Mbps berdasarkan pengujian speedtest.
Tapi meski berhasil menembus kecepatan 100 Mbps, teknologi 4G sebenarnya masih menyimpan potensi yang lebih besar lagi. Dengan teknologi carrier aggregation misalnya, teknologi 4G diklaim mampu mencapai kecepatan lebih dari 250 Mbps.
Teknologi carrier aggregation memungkinkan jaringan 4G berjalan di dua frekuensi berbeda. Keuntungannya adalah kecepatan datanya jadi bisa dilipatgandakan. Di Indonesia sendiri operator seluler yang sudah pernah menjajalnya adalah XL, perusahaan yang identik warna biru ini menjajalnya di frekuensi 1800 MHz dan 2,1 GHz.
Dengan implementasi carrier aggregation di kedua jaringan tersebut, Pantro Pander Silitonga, VP LTE XL Axiata, bahkan mengatakan jaringan 4G sanggup mencapai kecepatan 259 Mbps. Pantro mengaku telah membuktikannya sendiri di ponsel miliknya.Next
(yud/ash)