'Digital Universe Bisa Kalahkan Bintang di Langit'

Belitung - Data digital membludak hingga kapasitas penyimpannya tak lagi cukup dalam bentuk hardware. Fenomena big data ini memunculkan istilah digital universe yang diyakini jumlahnya bisa mengalahkan bintang di langit.

"Coba hitung bintang di langit ada berapa banyak? Banyak sekali. Digital universe mungkin sebanyak itu, bahkan lebih," ujar Country Manager EMC Indonesia Adi Rusli dalam acara media gathering Virtus di Belitung akhir pekan ini.


Mengutip data International Data Corporation (IDC), Adi memaparkan bahwa data digital yang ada di seluruh dunia pada tahun lalu saja mencapai 4,4 zetabytes. Angka tersebut diprediksi meningkat 10 kali lipat di 2020 hingga 44 zetabytes.


Dikatakannya, cloud saat ini menjadi satu-satunya metode yang paling tepat untuk menangani ledakan data yang diibaratkan telah menjelma sebagai digital universe. Selain itu, cloud pun bisa menghemat biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penyimpanan data.


Adi juga memberikan catatan, transformasi IT termasuk cloud tidak terbatas pada teknologi. Agar sukses melalukan transformasi IT dan mengahdirkannya sebagai layanan, organisasi IT perlu merombak strategi dan keterampilan yang mereka miliki.


"Deployment-nya, EMC terus mengembangkan kapabilitasnya membantu organisasi IT mempercepat transformasi IT dan bisnis mereka. Melalui solusi Hybrid Cloud, Software-Defined Storage dan Elastic Cloud Storage serta platform Cloud Scale," ungkap Adi seraya mempromosikan sejumlah solusinya.


Sebagai gambaran betapa besar lonjakan data yang terjadi, Adi mencontohkannya dari data EMC. Sejak berdirinya di 1978 hingga 2005, EMC telah menangani sebanyak 1 exabytes data.


Di 2010 untuk pertama kalinya EMC menangani 1 exabytes data dalam setahun. Tahun selanjutnya, data sebesar 1 exabytes data ditanganinya setiap tiga bulan sekali. Di tahun ini, setiap bulan EMC harus mengelola 1 exabytes data.


(rns/rou)