Software Bajakan: Dicari Sekaligus Ditakuti

Jakarta - Banyak yang khawatir soal keamanan saat menggunakan software bajakan. Pun demikian, tetap saja, pengguna software tak berlisensi ini masih tinggi di Indonesia, mencapai 84%.

Menurut BSA Global Software, pengguna komputer menilai risiko ancaman keamanan dari malware adalah alasan utama untuk tidak menggunakan software ilegal yang tidak berlisensi.


"Kebanyakan orang tidak tahu apa yang dipasang ke dalam sistem komputer mereka. Itulah yang harus diubah," kata Presiden dan CEO BSA, Victoria Espinel.


"Sudah ada langkah-langkah masuk akal yang dapat dijalankan oleh manajer dan administrator, untuk memastikan bahwa organisasi mereka menggunakan software asli yang berlisensi dengan benar," lanjutnya, dalam keterangan tertulis, Rabu (25/2014).


Survey BSA Global Software dilakukan setiap dua tahun untuk BSA oleh lembaga riset pasar International Data Corporation (IDC), yang tahun ini mewawancarai pengguna komputer di 34 pasar termasuk hampir 22.000 konsumen dan perusahaan pengguna komputer pribadi (PC) serta lebih dari 2.000 manajer Teknologi Informasi. Berikut adalah sebagian temuan survei tersebut :


-. Persentase software PC yang dipasang tanpa lisensi di Indonesia mencapai 84% pada 2013, menurun dua persen dibandingkan temuan tahun 2011. Kerugian bisnis bagi produsen software asli akibat penggunaan software tidak berlisensi itu bernilai Rp 17,3 triliun (USD 1,46 miliar).


-. Alasan utama yang diungkapkan para pengguna komputer di seluruh dunia untuk tidak menggunakan perangkat lunak yang tidak berlisensi adalah menghindari ancaman keamanan dari malware. Di antara risiko-risiko yang terkait dengan software tidak berlisensi, 64% pengguna komputer di dunia paling mencemaskan terbukanya akses masuk secara gelap bagi para hacker serta 59% lainnya mencemaskan risiko kehilangan data.Next


(ash/rns)