"Kami ingin melayani tiga segmen, yaitu otomotif, finance dan utilities. Di otomotif misalnya, di Indonesia ada sekitar 12 juta kendaraan penumpang sehingga ada peluang besar," kata Alfian Manullang, General Manager Enterprise Business Telkomsel.
Solusi M2M bisa digunakan misalnya untuk menganalisis trafik kendaraan. Bagi perusahaan, dapat dimanfaatkan untuk menganalisis perilaku sopir, misalnya jika dia terlalu cepat mengemudi atau berbelok terlalu tajam, maka akan ketahuan.
Solusi M2M dapat pula membantu bisnis asuransi. Menurut Alfian, asuransi mobil atau asuransi jiwa di Indonesia biasanya pukul rata dalam soal pembayaran. Padahal di luar negeri, banyak faktor dipertimbangkan dalam menetapkan biaya asuransi.
"Misalnya kalau pengemudi yang jam terbangnya sudah tinggi dianggap lebih sedikit berisiko dibandingkan sopir yang jam terbangnya lebih rendah. Hal seperti ini menjadi pertimbangan bagi perusahaan asuransi," kata dia.
Demikian juga dengan asuransi mobil. Di mancanegara, terutama di Amerika Serikat dan Eropa, pembayaran asuransi untuk masing-masing mobil bisa berbeda menurut pemakaiannya.
"Misalnya ada yang punya dua mobil. Satu hanya dipakai di weekend, yang satu dipakai terus sehari-hari. Maka tarif asuransinya pun berbeda," kata Alfian mencontohkan. Dalam kasus itu, mobil yang dipakai sehari-hari dinilai lebih berisiko.
Pada saat ini, Telkomsel pun sedang berupaya mengedukasi konsumen tentang manfaat solusi M2M bagi perkembangan dan tranformasi bisnis. Menurut Alfian, sudah ada beberapa perusahaan yang tertarik menerapkan solusi terkini M2M Telkomsel.
"Memang diperlukan penerimaan dari konsumen dan juga kesiapan dari pihak Telkomsel sendiri," tambah dia. Tapi ia yakin, bisnis M2M sangat besar potensinya di Indonesia, apalagi di masa-masa mendatang. Telkomsel pun siap menyambutnya.
(fyk/ash)
