BBM Naik, BRTI: Tarif Seluler Justru Turun 7%

Jakarta - Kekhawatiran terhadap imbas dari kenaikan harga BBM bersubsidi dinilai Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) tak akan ikut menjalar ke ranah industri telekomunikasi. Bahkan setiap tahunnya, tarif seluler justru terus turun.

Tarif seluler sempat diterpa isu kenaikan tarif mengingat masih banyak operator, khususnya di daerah-daerah, yang menggunakan solar untuk menyokong kinerja pemancar base station (BTS).


Menkominfo Rudiantara sebelumnya telah memastikan tarif seluler masih akan tetap aman, mengingat selama ini, solar yang digunakan oleh para operator tersebut merupakan solar industri yang tidak disubsidi pemerintah.


Itu artinya, tarif seluler tak akan terpengaruh imbas dari kenaikan bahan bakar minyak.


Namun menurut pengamatan Muhammad Ridwan Effendi, anggota komite BRTI, tarif ritel seluler secara teori bisa saja mengalami kenaikan. Mengingat komponen biayanya dihitung berdasarkan tiga hal ini: service activation cost, originasi dan terminasi, serta margin.


"Yang pertama, tarif bisa saja naik. Tapi pengalaman, tarif turun terus. Karena bisa jadi yang kedua dan ketiga turun, jadi total turun," jelasnya terkait tiga komponen biaya utama tarif ritel seluler yang telah disebutkan di atas.


Terkait biaya penurunannya, Ridwan menilai dari tahun ke tahun selalu ada penurunan. "Turun tidak banyak, tapi kalau dihitung inflasi, jadi lumayan besar. Inflasi 6%, sementara tarif ritel turun 1%. Jadi tarif terasa turun 7%," pungkasnya kepada detikINET, Selasa (18/11/2014).


(rou/ash)