'Voice dan SMS Hampir Tak Ada Harganya'

Jakarta - Operator seluler Telkomsel sadar betul tak bisa lagi mengandalkan pendapatan dari jasa telekomunikasi tradisional seperti voice dan SMS yang telah memasuki red ocean dalam beberapa tahun terakhir.

"Voice dan SMS sudah hampir tak ada harganya, tak bisa lagi jadi sumber pemasukan terbesar bagi perusahaan. Kita harus masuk ke model lain untuk bisa mendorong pendapatan agar terus naik," kata Maria Kacaribu, Vice President Digital Lifestyle Telkomsel di Jakarta.


Seperti diketahui, Telkomsel mencatatkan pendapatan Rp 60 triliun lebih tahun lalu. Kontribusi voice dan SMS memang masih besar, namun diakui Maria terus turun persentasenya. Sementara data broadband dan digital services kebalikannya, melonjak pesat.


"Data yang tadinya cuma value added services untuk voice dan SMS, kini kebalikannya. DI negara lain, voice dan SMS cuma jadi paket untuk penjualan data," katanya.


Sejauh ini dari sisi kontribusi pendapatan, digital services ini memang baru menyumbang porsi sekitar 20% dari total revenue perusahaan di 2013 lalu. Namun di 2015 nanti, layanan digital ini ditargetkan bisa memberikan kontribusi 33% atau sepertiga dari total pendapatan.


"Layanan digital akan menjadi new revenue growth engine Telkomsel seiring meningkatnya jumlah pengguna smartphone di Indonesia yang cukup pesat. Penggunaan smartphone akan mendorong pertumbuhan pengguna mobile internet," katanya.


Telkomsel mencatat ada 60,5 juta pelanggan yang menggunakan layanan data di jaringannya. Angka ini masih bisa terus bertambah mengingat masih banyaknya pengguna basic phone dan feature phone, yang kemungkinan akan migrasi ke smartphone seiring makin murahnya harga.


"Dari total 131 juta pelanggan Telkomsel saat ini, 47% di antaranya masih menggunakan basic phone yang hanya bisa voice dan SMS. Selebihnya sudah menggunakan feature phone dan smartphone," kata Maria.


(rou/rou)