"Aplikasi kami sudah digunakan di Cakra Autism Center di Surabaya. Sudah satu tahun," terang Nurul Wakhidatul Ummah, mewakili teman-temannya yang tergabung dalam tim DigiD2.
Dijelaskan olehnya, Cakra berisi beragam bentuk pembelajaran dan permainan yang khusus dikembangkan bagi penyandang autis, melalui teknologi interaktif yang dilengkapi hardware tambahan berupa sensor Kinect dan tombol khusus yang disebut Prompt Button atau Proton.
Ditambahkan Nurul, aplikasi ini juga bisa dimanfaatkan sebagai terapi penderita ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), Down Syndrome, retardasi mental dan lambat belajar.
Bersama tiga anggota tim lainnya Muhammad Rizki Habibi, Mentari Queen Glossyta dan Fiandra Fatharani, Nurul mengaku sejak awal mereka memang fokus membuat aplikasi untuk penderita autisme.
Diakui Nurul, dalam pengembangan Cakra, Tim DigiD2 kerap menemukan pengalaman menarik, bahkan menyentuh, yang membuat mereka semakin terpacu membuat aplikasi mereka lebih baik.
"Waktu itu pernah ada orangtua yang menelepon, menceritakan kondisi anaknya. Berminat mau beli, tapi waktu itu ketika dilombakan pertama kali aplikasinya belum jadi. Mereka tanya, kapan selesainya," kenang Nurul. Next
(rns/rns)