Langkah ini boleh dibilang sebuah rekor pencapaian, mengingat perusahaan teknologi lain menolak menyimpan informasi personal pengguna produk dan layanannya di negeri Tirai Bambu tersebut.
Seperti detikINET kutip dari Cellular News, Rabu (20/8/2014) Apple mengatakan, data itu hanya untuk konsumen China, dan akan ditaruh di komputer yang dipasok oleh China Telecom.
"Apple memperlakukan keamanan dan privasi pengguna dengan sangat serius. Kami sudah menambahkan China Telecom ke list data center provider untuk meningkatkan bandwidth dan meningkatkan performa untuk konsumen kami di China," kata Apple.
Ditambahkan perusahaan yang berpusat di Cupertino, California, Amerika Serikat ini, data yang disimpan ke provider pun dienkripsi. Bahkan China Telecom tidak punya akses ke konten.
Dapat dipahami jika sebuah data tidak disimpan di China, akan membuat sulit pemeritahnya untuk membuka data konsumen jika sewaktu-waktu diperlukan saat ada kasus tertentu.
Alasan ini juga salah satunnya yang kerap disampaikan pemerintah suatu negara meminta perusahaan teknologi asing membangun data center di wilayah mereka. Indonesia juga termasuk gencar mempertanyakan hal ini ke perusahaan seperti BlackBerry dan Google.
Selain dari segi keamanan dan kemudahan mengakses data jika diperlukan, menyimpan informasi di server lokal secara substansial juga dikatakan bisa meningkatkan kecepatan proses data.
Untuk di China sendiri, proses data bisa lebih cepat karena komunikasi tidak perlu melewati firewall China yang bisa memperlambat akses ke data yang disimpan di luar negeri.
(rns/rou)