Jaringan Belum Stabil, Mengapa Bolt Pede Rilis Ponsel?

Jakarta - Dibandingkan operator seluler lainnya di Indonesia, Bolt memang yang pertama menawarkan kecepatan tinggi ala 4G-LTE. Sayangnya, tak sedikit pengguna yang mengeluhkan kualitas jaringan yang dianggap belum stabil. Lantas mengapa Bolt justru berani merilis smartphone?

CTO Bolt Devid Gubieni mengatakan, untuk tahap awal, Internux selaku pemegang merk Bolt telah berkomitmen menginvestasikan sebesar USD 550 juta untuk pengembangan jaringan 4G LTE yang akan dilalui Bolt.


Sejauh ini telah terdapat sekitar 2.200 BTS yang telah menjangkau 98% area jabodetabek. Angka tersebut meningkat dari yang sebelumnya hanya 1.500 BTS pada November 2013. Gubeni menambahkan, ini adalah upaya Bolt yang berusaha menjaga kualitas jaringan di seluruh wilayah Jabodetabek.


"Kami menargetkan 3.600 BTS hingga akhir tahun 2014 ini untuk meningkatkan kapasitas layanan," ujarnya di The Foundry 8, Jakarta, Kamis (21/8/2014).


Untuk menghadirkan dua ponsel terbarunya yang diberi sebutan Powerphone, Bolt mengklaim telah menggelontorkan dana USD 60 juta. Nominal tersebut termasuk dalam nilai USD 550 juta yang disiapkan dalam tahap awal investasinya.


Ponsel yang dimaksud adalah ZTE V9820 dan IVO V5. Selain telah mendukung teknologi 4G-LTE, keduanya juga dibekali prosesor Snapdragon 400 dan punya bentang layar 5 inch. Menariknya, meski menyodorkan fitur dual-SIM, salah satu slot kartu SIM yang mendukung 4G LTE yang diisi oleh Bolt hanya mendukung akses data.


Bila pengguna ingin melakukan panggilan telepon, harus melalui slot SIM lainnya yang bebas digunakan oleh kartu SIM dari operator seluler manapun namun terbatas pada jaringan EDGE.


(yud/rns)