Pasalnya, selama ini porsi terbesar pemakai prosesor Snapdragon ternyata bersumber dari Samsung. Praktis, selain mendapat keuntungan dari penggunaan prosesor Snapdragon di ponsel Samsung, Qualcomm juga mendulang pendapatan besar dari sisi lisensi.
Padahal seperti detikINET kutip dari Phone Arena, Sabtu (18/4/2015), Qualcomm hanya memperoleh sekitar 2% sampai 2,5% dari nilai penjualan tiap ponsel seri Galaxy S kepunyaan Samsung.
Tapi siapa sangka kalau sejak seri Galaxy S dirilis, Qualcomm telah mengantungi pendapatan dari royalti yang angkanya mencapai USD 9 miliar atau sekitar Rp 115 triliun.
Sejak Samsung memutuskan memakai prosesor Exynos buatannya sendiri, Qualcomm dikabarkan galau. Rumor yang beredar menyebut raksasa prosesor ponsel ini berniat memangkas nilai royalti dari tiap ponsel yang menggunakan prosesornya.
Tujuannya tentu saja agar vendor ponsel tetap tertarik menggunakan chip buatannya, termasuk juga Samsung. Lebih lanjut, beredar pula gosip yang mengatakan Qualcomm berencana untuk memisahkan divisi khusus lisensi dan chip.
Hal ini dilakukan sebagai antisipasi Qualcomm yang merasa chip buatannya mulai kehilangan popularitas. Apalagi mengingat kenyataan Qualcomm saat ini ditempel ketat dua raksasa chip ponsel yang kuat, Samsung dan MediaTek yang kian meraksasa.
Bila ini dilakukan, bisnis utama Qualcomm tak akan lagi fokus di pembuatan chip. Melainkan pada divisi lisensinya yang menjadi sumber pendapatan terbesar Qualcomm.
Sebagai informasi, Qualcomm sendiri merupakan perusahaan dengan pendapatan lisensi terbesar di dunia. Perusahaan ini telah memperoleh hampir USD 30 miliar atau sekitar Rp 384 triliun cuma dari menjual lisensi.
(yud/rns)