"(Di masyarakat) ada salah kaprah yang diiklankan bahwa seolah-olah korban internet banking adalah para pengguna software palsu. Jadi seakan-akan pengguna software asli aman dari ancaman internet banking," Alfons Tanujaya, praktisi keamanan internet dari Vaksincom saat dikontak detikINET, Selasa (14/5/2015).
Hal ini sangat berbahaya karena akan memberikan 'wrong sense of security', yaitu rasa keamanan yang salah dimana sebenarnya nasabah pengguna software asli dan antivirus ter-update sekalipun sama-sama terancam dari ekploitasi oleh trojan internet banking atau e-commerce.
"Hal inilah yang harus diluruskan karena nantinya jika orang sudah merasa aman tentunya ia akan kurang waspada. Padahal kewaspadaan adalah hal utama dalam mengamankan diri dari ancaman kejahatan manapun," tegas Alfons yang juga pernah menjadi karyawan bank.
Sebelumnya, industri perbankan digegerkan dengan kasus dugaan pembobolan beberapa nasabah di tiga bank besar Indonesia. Pelakunya diduga warga negara asing yang masih dalam pengejaran petugas.
Direktur Tipid Eksus Mabes Polri Brigjen Victor Simanjuntak mengatakan, modus yang dilakukan pelaku adalah dengan menyebar malware ke perangkat-perangkat yang terkoneksi. Mereka yang mengunduh malware yang menyaru program legal tersebut nantinya akan bertransaksi seolah-olah dengan pihak bank langsung.
Misalnya saja, seseorang akan mentransfer melalui layanan e-banking, namun laman yang dihadapi korban bukanlah laman perbankan yang sesunggguhnya.
Nah, karena pelaku adalah diduga warga negara asing mereka memanfaatkan warga Indonesia untuk menjadi kurir atau pihak yang menampung uang hasil kejahatan. Penyelidikan sementara terdapat 50-an kurir yang direkrut pelaku dan tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.
Polisi menilai, ada beberapa faktor yang menyebabkan pelaku begitu mudahnya meretas keamanan sistem korbannya, salah satunya keamanan transaksi e-banking. "Dia menggunakan software palsu, kalau asli kan pasti ada pengamanannya," kata Victor. Nah, pernyataan inilah yang diingatkan Alfons agar tak terjadi salah kaprah di masyarakat.
(ash/rns)