Cybercrime Jadi Ancaman Bersama

Jakarta - Meningkatnya jumlah pengguna internet ternyata juga diiringi oleh lonjakan jumlah penjahat cyber. Hal ini harus menjadi perhatian banyak pihak, mulai dari pemerintah, perusahaan, serta penegak hukum untuk meningkatkan pertahanan cyber.

Demikian dikatakan oleh Second Minister for Home Affairs and Trade and Industry Singapura S. Iswaran saat membuka ajang Interpol World 2015, di Singapura. Interpol World merupakan sebuah ajang penting bagi industri keamanan, di mana para stakeholder baik publik maupun swasta dipertemukan dalam satu atap.


Acara yang akan berlangsung selama tiga hari tersebut diramaikan oleh 258 perusahaan penyedia teknologi keamanan dari 34 negara, sekitar 8.000 peserta, termasuk detikINET.


Menurut Iswaran, teknologi yang semakin canggih membuat para penjahat bisa menciptakan ancaman baru, baik di satu negara maupun global. "Kejahatan kini dilakukan dengan cara-cara baru yang bisa menembus keamanan tradisional yang biasa diterapkan," ujar Iswaran.


Kini secara global, penetrasi internet sudah mencapai angka 40%, yang didukung oleh meningkatnya penggunaan ponsel dan PC baik untuk kebutuhan pribadi ataupun bisnis. Ditambah lagi dengan kemunculan Internet of Things (IoT) yang membuat semakin banyak perangkat terkoneksi antara satu dan lainnya.


Kemunculan IoT itu memang mempunyai manfaat yang sangat banyak bagi para pengguna. Seperti rumah, mobil, ataupun peralatan kesehatan yang terkoneksi ke internet. Namun meningkatnya jumlah penggunaan internet itu juga akan membuatnya semakin terbuka terhadap serangan cyber.


"Jenis serangan cyber kini semakin banyak, karena lebih banyak titik yang bisa ditembus. Ini membuat para penjahat bisa dengan mudah mencuri informasi personal yang bisa dimanfaatkan untuk hal buruk," ujar Iswaran.


Ia juga menambahkan, perangkat-perangkat yang terkoneksi itu juga mempermudah kerja para penjahat. Salah satu kemungkinan yang bisa terjadi adalah, para penjahat bisa merusak sebuah sistem hanya dengan menyerang satu perangkat.


"Migrasi ke cloud computing juga meningkatkan jumlah data yang tersimpan dalam server-server yang terletak di seluruh dunia. Ini juga menimbulkan risiko keamanan yang sangat tinggi. Pasalnya, para peretas kini bisa mencuri data dalam jumlah besar hanya dengan meretas sebuah server," tambahnya.


Maka dari itu, Iswaran mengajak para pemerintah dari setiap negara untuk membangun sebuah sistem keamanan yang mumpuni untuk menghadapi serangan-serangan cyber tersebut. Itu tentu perlu dilakukan sebelum serangan yang ditakutkan tersebut terjadi, dan merugikan negara-negara tersebut. (asj/ash)