Jurus Menangkal Malware Pembobol Rekening

Jakarta - Aksi pembobolan rekening nasabah senilai Rp 130 miliar di tiga bank lokal membuka mata kita akan ancaman nyata penjahat cyber. Ini cara menangkalnya.

Menurut Alfons Tanujaya, praktisi keamanan internet Vaksincom, pengguna internet banking dan institusi keuangan serta e-commerce Indonesia rentan dibidik penjahat cyber.


Namun Anda jangan lantas paranoid karena masih banyak cara untuk menangkalnya. Berikut rekomendasi bagi perbankan dari Alfons:

-. Additional security process for new account/cellphone/purchase registration.

-. Bank memberikan fasilitas tambahan pengamanan dalam daftar akun baru untuk transfer dan daftar akun baru untuk transaksi lain seperti pembelian pulsa, pembayaran kartu kredit dan lainnya. Disarankan tambahan pengamanan ini menggunakan faktor pengaman lain seperti SMS, email, atau USSD

-. Otorisasi disarankan account number dependent and amount dependent.

-. 3 factor authentication for new account (SMS, USSD)


Adapun antisipasi bagi pengguna e-commerce dan nasabah, adalah:

>. Periksa daftar transfer dan hapus nomor rekening yang tidak diperlukan atau tidak dikenal dari daftar transfer.

>. Hindari menyimpan password otomatis di browser/peramban.

>. Gunakan password manager guna menghindari aksi keylogger.

>. Pakai antivirus yang memiliki perlindungan bank guard yang mampu mendeteksi trojan interent banking yang melakukan web inject tanpa terlalu tergantung pada definisi antivirus.

>. Jangan mudah percaya pada iklan atau nama besar tanpa bukti.


Sebelumnya, Alfons menyoroti salah kaprah yang beredar di masyarakat jika menggunakan software asli lantas membuat Anda terproteksi dari ancaman penjahat cyber.


"(Di masyarakat) ada salah kaprah yang diiklankan bahwa seolah-olah korban internet banking adalah para pengguna software palsu. Jadi seakan-akan pengguna software asli aman dari ancaman internet banking," Alfons Tanujaya, praktisi keamanan internet dari Vaksincom saat dikontak detikINET, Selasa (14/5/2015).


Hal ini sangat berbahaya karena akan memberikan 'wrong sense of security', yaitu rasa keamanan yang salah dimana sebenarnya nasabah pengguna software asli dan antivirus ter-update sekalipun sama-sama terancam dari ekploitasi oleh trojan internet banking atau e-commerce.


"Hal inilah yang harus diluruskan karena nantinya jika orang sudah merasa aman tentunya ia akan kurang waspada. Padahal kewaspadaan adalah hal utama dalam mengamankan diri dari ancaman kejahatan manapun," tegas Alfons yang juga pernah menjadi karyawan bank.


(ash/fyk)