"Kita tiga tahun terakhir capex-nya selalu Rp 10 triliun. Untuk tahun ini, sekitar 10% untuk 4G, 90% masih untuk 3G dan 2G sudah tidak ada. Untuk 4G ini secara bertahap akan semakin besar," kata Direktur Sales Telkomsel Mas'ud Khamid saat ditemui dalam peluncuran 4G Telkomsel di Medan.
Menurut Mas'ud, investasi 4G lebih murah ketimbang saat dulu mengembangkan 3G. Sebab teknologi semakin ke sini semakin murah. Contoh sederhanya bisa dilihat dari harga ponsel yang saat pertama kali masuk bisa mencapai USD 1.000, sekarang cuma USD 100 bahkan ada USD 50.
Perbedaan terjadi juga dari sisi kapan operator balik modal, dimana return on investmant (ROI) 4G diyakini lebih cepat dibandingkan 3G.
"3G saat sudah balik modal, normalnya investasi itu 3-5 tahun, 4G lebih cepat lagi. Dengan catatan kita cepat taruh infrastrukturnya, kalau salah, ya sampai kiamat nggak balik modal. Ini untuk ngomong BTS ya, Tapi kalau ngomong kabel laut belum itu (waktu balik modalnya) bisa di atas 20 tahun. tapi kan investasi telekomunikasi gak cuma BTS," jelas Mas'ud.
Ditambahkan Senior Vice President LTE Project Telkomsel Hendri Mulya Sjam, tipikal pengguna 4G itu lebih konsumtif dari 3G. Hal ini terlihat dari pengguna 4G Telkomsel yang sudah komersialisasi di lima kota (Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali dan Medan) dimana ARPU pelanggan 4G lebih tinggi 30% dibandingkan 3G.
Hal ini salah satunya disebabkan oleh perubahan behaviour pelanggan yang justru jadi lebih konsumtif saat internetan dengan 4G. "Terjadi pertumbuhan mengakses video yang sangat besar, seperti YouTube ini karena pengguna jadi lebih menikmati internetan karena lebih cepat," kata Hendri.
Telkomsel sendiri saat ini menargetkan bakal masuk ke 7 kota besar untuk menjajakan layanan 4G-nya. Dua kota terakhir yang dituju adalah Makassar dan Manado.
"Plan kita tujuh kota sampai akhir tahun, dengan tambahan Makassar dan Manado. Tapi kita lihat reaksi pasar, kalau bagus ya kita percepat," pungkas Mas'ud.
(ash/rou)