Sejumlah pria pemburu Bisyar pun berbagi pengalamannya, misalnya saja Tito (bukan nama sebenarnya-red), Senin (13/4/2015) menuturkan soal Bisyar ini.
"Kalau gue mainnya lewat Twitter, awalnya tahu dari teman," urai Tito, yang bekerja di kantoran di kawasan Sudirman ini.
Mudah mengenali para Bisyar ini, lihat saja dari status dan bio di akunnya. Biasanya mereka memasang tarif dan tata cara untuk booking.
"Nah hati-hati yang meminta DP dulu, itu biasanya menipu. Yang nggak minta DP itu yang bener," urai Tito.
Setelah tahu bisyar yang dituju, biasanya follow akun itu. Kemudian mention atau tweet pesan untuk mengecek pesan pribadi atau DM. Setelah itu pembicaraan dilakukan. Bisa lewat BBM atau whatsapp. Biasanya bisyar itu sudah mempunyai tarif sendiri.
"Kalau tarif sudah oke, tinggal janjian. Biasanya mereka yang nentuin tempat," tegas Tito.
Tito bercerita, para bisyar ini merupakan perempuan usia belasan hingga 20-an tahun. Mereka umumnya memiliki rumah di pinggiran Jakarta namun ngekos di kawasan Jaksel. Ada yang mahasiswi, SMU, atau juga putus sekolah.
Tarif kencan dengan para Bisyar ini beragam. Mulai dari short time sekitar Rp 700 ribu sampai jutaan. Namun lain soal kalau sudah dekat, bisa mendapat diskon. Bahkan, kadang cukup diajak makan karena para Bisyar ini seperti membutuhkan teman untuk curhat. Biasanya juga setelah 'main' para bisyar ini meminta testimoni yang dikirim lewat SMS. Testimoni itu yang dipajang di akun mereka sebagai saran promosi dan juga jaminan soal servis.
"Mereka ini independen, nggak pakai mucikari. Mereka juga nggak ada yang lama jadi Bisyar, biasanya 2-3 tahun setelah itu dapat pria yang mau menikahi," tutup Tito. (dha/fyk)