Android Murah Rp 1 Juta Bisa Genjot Penetrasi Smartphone

Jakarta - Penetrasi smartphone di Indonesia masih cukup rendah, baru berkisar 20% dari total populasi pengguna ponsel yang ada. Untuk mendorong pertumbuhannya, operator pun berharap akan ada lebih banyak lagi Android murah di bawah Rp 1 juta.

Indosat misalnya. Di satu sisi operator ini banyak menggaet prinsipal raksasa dalam bundling produknya, seperti BlackBerry, Apple, Samsung, HTC, dan lainnya. Namun di sisi lain, vendor brand lokal yang mengusung handset murah juga tak luput digandeng demi mempercepat penetrasi smartphone.


"Penetrasi smartphone baru 20%. Kami melihat penurunan harga smartphone seperti Android yang di bawah USD 100 itu sangat positif untuk menggenjot adopsi smartphone di pasaran," kata David Murphy, Group Head Product & Segment Management Indosat, di Grand Indonesia, Jakarta, Senin (6/5/2013).


Menurut hasil riset Growth for Knowledge (GfK) pada 2012 lalu, sekitar 13 juta unit smartphone terjual di Indonesia. Tahun ini diperkirakan penjualan smartphone tumbuh menjadi 20 juta unit smartphone terjual. Dari 13 juta, sekitar 50% adalah smartphone dengan harga di bawah Rp 1,5 juta.


Upaya yang dilakukan Indosat juga sejalan dengan fokus Qualcomm yang ingin meningkatkan penetrasi smartphone di Indonesia dengan harga yang terjangkau.


John Stefanac, Presiden Qualcomm Incorporated untuk Asia Tenggara dan Pasifik, mengatakan perusahaan ingin fokus menjadi mitra tepat bagi vendor lokal untuk menggarap smartphone dengan harga terjangkau.


"Penetrasi smartphone di Indonesia masih rendah, tetapi terus bertumbuh. Apalagi dengan meningkatnya smartphone harga terjangkau akibat agresifnya merek lokal," kata Stefanac.


Upaya perusahaan untuk memperkuat kemitraan dengan vendor lokal adalah dengan dukungan Qualcomm Research Development (QRD) yang berbasis di China. QRD merupakan tempat untuk membuat prototype smartphone sehingga vendor lokal dapat memilih langsung yang sesuai dengan target pasarnya.


QRD ini membantu vendor lokal untuk menciptakan produk sesuai dengan keinginan sehingga dapat mendorong vendor lokal untuk masuk ke pasar cepat dengan harga tetap rendah.


"Harapan kami agar QRD ini dapat dilirik private brand (merek lokal) tanpa mereka buat prototipe sendiri. Dalam 2-3 tahun ini, kami push ke private brand melalui QRD," tambahnya.


Menurut Stefanac, pertumbuhan bisnis Qualcomm di Indonesia cukup signifikan dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara pada tahun 2012. Sebab Indonesia didukung oleh populasi yang besar, meningkatnya jumlah merek lokal, dan banyaknya operator seluler.


(rou/ash)