'Kalau Mau Laku, Laptop Dijual Rp 100 Ribu Saja'

Jakarta - Salah satu penyebab masih rendahnya penjualan laptop di Tanah Air disinyalir lantaran faktor harga. Untuk itu dibutuhkan banderol yang cukup kompetitif biar bisa bersaing dengan smartphone atau tablet.

Tiga bulan pertama di tahun 2013, penjualan komputer baik itu desktop atau laptop turun drastis. Berdasarkan catatan IDC, jumlahnya turun mencapai 14% dibandingkan tahun sebelumnya.


Ini adalah rekor penurunan terbesar sejak IDC melakukan riset di tahun 1994. Adapun biro riset Gartner mencatat penurunan sebesar 11%.


Untuk mengubah kondisi tersebut dibutuhkan langkah berani baik dari produsen chip seperti Intel, ataupun vendor seperti Acer, Hewlett-Packard (HP), Asus dan lainnya. Terutama dari sisi harga.


Direktor Utama Telkom Arief Yahya pun sempat berkelakar terkait kondisi penjualan laptop ini. "Intel kalau mau laku, jangan jual (laptop) di harga Rp 5 juta, tapi Rp 100 ribu. Ini baru terjangkau," seloroh Direktur Utama Telkom Arief Yahya.


Pernyataan tersebut memang cukup mengagetkan, bahkan sudah pasti sulit direalisasikan. Tapi Arief punya alasan kuat mengapa ia mengatakan demikian.


"Kami sudah melakukannya pada Speedy, yang tadinya pengguna harus bayar Rp 200 ribu per bulan, kini bisa bayar Rp 5 ribu sehari," jelas Arief, saat meresmikan perjanjian kerjasama Intel-Telkom di Hotel Mulia, Rabu (8/5/2013).


Ya, mungkin ia ingin menunjukkan bahwa untuk membeli laptop/PC, pengguna jangan dipaparkan dengan banderol harga yang tinggi di depan. Kenapa paradigmanya tidak diubah?


Menurut Arief, hal itu juga bisa dilakukan oleh Intel terhadap produk-produknya. Pembayaran bisa dicicil, baik melalui kartu kredit atau cara pembayaran lain.


"Bisnis ini memang berisiko, tapi Telkom siap membantu," pungkasnya.


(eno/ash)