Seperti diketahui, Android yang diperkenalkan pada 2008, menuai sukses besar. Data terbaru yang dirilis Kantar Worldpanel Comtech menyebutkan, Android kini diinstal di lebih dari dua pertiga smartphone yang dijual di pasar utama.
Untuk memungkinkan menginstal aplikasi yang diinginkan konsumen seperti YouTube dan Google Maps, manufaktur pembuat perangkat harus menginstal seluruh aplikasi untuk memberi Google akses ke data perilaku konsumen. Tentunya, ini akan membantunya menyasar iklan yang sangat menguntungkan Google.
Nokia dan 'sekutu' yang mengajukan protes ke Komisi Eropa, menyebut kebijakan Google ini seperti predator dan memonopoli. Pasalnya, dengan cara ini Google mengunci akses rivalnya untuk menyediakan layanan bagi handset Android.
Jenni Lukander, Head of Competition Law Nokia, menolak berbicara mengenai peran Nokia dalam memimpin komplain ini ke Komisi Eropa. Pada pertemuan baru-baru ini, dia menuding Google memiliki kesepakatan rahasia dengan manufaktur sehingga memungkinkannya menjegal lawan di pasar layanan internet mobile.
"Jika Anda menyimpan investasi multi miliar dolar untuk Android, apakah Anda akan memberikannya begitu saja? Google mendapatkan kontrol atas pilihan manufaktur dan pada akhirnya, pilihan konsumen," ujarnya seperti dikutip dari Telegraph, Kamis (9/5/2013).
Nokia sendiri bukanlah manufaktur handset untuk Android. Namun mereka menawarkan aplikasi peta kepada pengguna OS robot hijau tersebut. Nokia saat ini sedang fokus menggandeng Microsoft untuk membenamkan Windows Phone di ponselnya. Deretan Lumia Windows Phone, kini berjuang mensejajari diri dengan handset Android dan iPhone Apple.
(rns/rns)