Pendiri Huawei Jawab Tudingan Miring Pemerintah AS

Jakarta - Ren Zhengfei, pendiri dan CEO Huawei Technologies, akhirnya berbicara ke media untuk pertama kalinya sekaligus membantah tudingan miring pemerintah AS terhadap perusahaanya.

Zhengfei telah menghindari pers sejak ia mendirikan Huawei 26 tahun yang lalu, hal ini yang memicu kritik oleh beberapa pejabat asing bahwa perusahaan tidak transparan tentang kegiatannya.


Huawei juga telah dituduh terlalu dekat dengan pemerintah China. Bahkan, AS juga menuding bahwa perusahaan itu memiliki keteraikatan serangan cyber di negeri Paman Sam.


"Huawei tidak ada hubungannya dengan masalah cyber keamanan AS yang terjadi di masa lalu, sekarang dan masa depan," kata Zhengfei, di depan wartawan Selandia Baru, seperti dilansir CRN, Jumat (10/5/2013).


"Peralatan Huawei hampir tidak ada dalam jaringan yang sedang berjalan di AS. Kami tidak pernah menjual peralatan kunci untuk operator besar AS, juga kita menjual peralatan apapun kepada badan pemerintah AS," kata Ren.


Hal senada juga pernah diutarakan oleh Vice President Internasional Media Relation Huawei Technologies Scott Sykes saat menerima kunjungan media Indonesia di kantor pusatnya, di Shenzhen, China, beberapa waktu lalu.


"Masalah cybersecurity sedang hangat akhir-akhir ini. Dituding di balik serangan itu adalah China. Tapi bisa saya tegaskan, kendati Huawei berasal dari China. Kami menjamin tidak terlibat dan tidak mendukung serangan cyber seperti itu," tampik Sykes, saat menjawab pertanyaan detikINET, kala itu.


Dia juga menegaskan bahwa perusahaanya sudah berada di 140 negara dan melayani sepertiga dari populasi dunia.


"Tapi tidak ada satupun dari klien kami yang komplain mengenai masalah ini. Jadi Huawei menjamin keamanan tiap Negara," tukasnya.


Bila dirunut, kontribusi pemasukan Huawei justru 70% berasal dari luar China. Di mana mereka kuat di Eropa dan Asia Pasifik. Kawasan Amerika menyumbang 15%, dan dari total itu tak lebih dari 1% kontribusi dari Amerika Serikat.


"Huawei melihat ini adalah masalah kompetisi. Kita bisa pahami AS adalah negara besar, banyak uang dikeluarkan untuk membangun telekomunikasi. Mungkin mereka ingin melindungi perusahaan dalam negerinya," analisis Scott.


Kendati saat ini Huawei terbentur masalah dan pemasukan di negeri Paman Sam belum terlalu tinggi, bukan berarti produsen ini menyerah dan meninggalkan AS begitu saja.


Mereka tentu saja berusaha untuk mengambil pangsa pasar AS. Karena bagaimanapun, AS adalah Negara besar dengan market yang prestis.


(tyo/eno)