'Facebook Bakal Bernasib Seperti Yahoo'

Jakarta - Saat era dotcom booming, Yahoo mencapai kapitalisasi pasar USD 128 miliar dan pendapatan iklan yang tumbuh pesat. Kini kejayaan Yahoo runtuh, kapitalisasi pasarnya kurang dari USD 10 miliar.

Alasannya, perusahaan yang membeli iklan Yahoo bukan para pengiklan brand tradisional, melainkan perusahaan yang membeli iklan TV dan majalah. Mereka membayar dalam jumlah banyak untuk menjadi mitra kerja resmi Yahoo di berbagai sektor.


Uang yang mereka belanjakan untuk iklan tidak datang dari keuntungan mereka sendiri, namun dari investasi yang dibuat oleh pemilik modal. Ketika era dotcom meredup, pendanaan dari pemilik modal untuk startup mengering. Sumber pendapatan Yahoo pun ikut melayang.


Dalam email yang bocor akibat hacking yang menimpa Sony, seperti dilansir Business Insider, Jumat (19/12/2014), CEO Snapchat Evan Spiegel mengatakan nasib sama tengah menanti Facebook.


Dia meyakini bahwa pendapatan Facebook juga akan sangat tergantung pada startup yang disokong pemodal yang membeli trafik dan pengguna. Menurut Spiegel, Facebook saat ini sedang dalam bahaya karena mulai memperlihatkan semakin menurunnya user engagement dan daya tarik terbatas bagi pengiklan.


"Ini memerlukan pertolongan karena mengindikasikan para pengiklan besar belum beranjak ke platform mobile Facebook dan pertumbuhan pendapatan mobile dikendalikan oleh perusahaan teknologi yang kebanyakan didanai pemodal," sebutnya dalam percakapan email.


Menarik memahami konteks percakapan email Spiegel. Karena tak lama setelah memutuskan menolak tawaran akuisisi Facebook senilai lebih dari USD 3 miliar, Spiegel rupanya mengirim memo kepada para investor.


Pada dasarnya, Spiegel mencoba meyakinkan para investornya bahwa Snapchat memiliki masa depan lebih baik sebagai perusahaan independen ketimbang berada di dalam Facebook.


Seperti diketahui, serangan hacking yang menimpa Sony Pictures tak hanya merugikan Sony Entertainment. Bocornya email yang mengungkap rahasia di balik upaya Facebook menawar Snapchat juga membuat CEO Snapchat Evan Spiegel stres.


(rns/ash)